kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Operasional bank terkerek harga BBM


Selasa, 25 November 2014 / 06:06 WIB
Operasional bank terkerek harga BBM
ILUSTRASI. Tanda Anda perlu ganti iPhone baru.


Reporter: Nina Dwiantika | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Otoritas perbankan perlu bersabar untuk mewujudkan bisnis perbankan yang efisien. Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dan likuiditas ketat, bakal menggelembungkan lagi biaya operasional bank. Dus, rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) bank pun diprediksi akan naik hingga akhir 2014.

Padahal, pada awal tahun ini, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menargetkan, rasio BOPO bank-bank di Indonesia sebesar 60%. Nelson Tampubolon, Dewan Komisioner OJK Bidang Perbankan mengakui, bank akan mengeluarkan biaya lebih tinggi akibat dari kenaikan harga BBM. Namun, bank masih memiliki ruang untuk memangkas biaya operasional.

"Ke depan, BOPO bisa jadi tidak mudah untuk turun," kata Nelson kepada KONTAN, Senin (24/11). Berdasarkan Statistik Perbankan Indonesia (SPI), perbankan mencatat pertumbuhan BOPO menjelang tahun 2014. Rasio BOPO bank naik 179 bps menjadi 76,14% per September 2014, dibandingkan posisi 74,35% pada September 2013 (lihat tabel). Kenaikan BOPO tersebut lantaran biaya operasional tumbuh 21,36% menjadi Rp 331,30 triliun. Di sisi lain, pendapatan operasional hanya naik 18,51% menjadi Rp 435,14 triliun.

Tri Joko, Direktur Keuangan Bank Bukopin bilang, tahun depan rasio BOPO akan terus naik, karena biaya juga meningkat. Misal, untuk biaya transportasi dan operasional kantor cabang akan meningkat 5% hingga 10%. Belum lagi peningkatan ongkos tenaga kerja. "Ke depan, kami akan menjaga rasio BOPO di level 80%-83%," kata Tri Joko. Pada kuartal III 2014, Bukopin membukukan BOPO sebesar 85,91%, naik dari 81,19% pada September 2013.

Tri Joko menambahkan, BOPO tumbuh karena biaya dana dan biaya operasional naik pada kuartal II dan III tahun 2014. Selanjutnya, Bank Bukopin akan mengembangkan bisnis baru untuk memperoleh pendapat operasional, sehingga rasio BOPO akan lebih imbang. Sependapat, Vera Eve Lim, Direktur Keuangan Bank Danamon Indonesia menuturkan, biaya operasional meningkat seiring dengan kenaikan inflasi. Nah, peningkatan biaya ini akan menggiring kenaikan beban operasional. Pada kuartal III 2014,

Bank Danamon mencatat penurunan BOPO 3,1% menjadi 74,6% dari sebelumnya 77,7%. "Ke depan akan mempertahankan rasio BOPO di bawah 80%," beber Vera. Sementara, Parwati Surjaudaja, Presiden Direktur Bank OCBC NISP mengatakan, pihaknya menargetkan akan menurunkan rasio BOPO sebesar 1% hingga 2% saban tahun. Hal ini dilakukan dengan mengusung strategi efisiensi biaya, penjagaan kualitas aset, serta menggenjot pendapatan bunga dan non bunga.

Pada kuartal III 2014, OCBC NISP membukukan pertumbuhan BOPO 232 bps menjadi 80,18%, dari posisi September 2013 di level 77,86%. Kata Parwati, kelak kenaikan BOPO lebih disebabkan oleh tekanan beban bunga seiring kenaikan bunga acuan BI rate menjadi 7,75%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×