Reporter: Noor Muhammad Falih | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Pasca Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) mengesahkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara-Perubahan (APBN-P) tahun 2015, manajer investasi (MI) langsung bersikap agresif. Maklum, setelah anggaran disahkan, berpotensi memicu pasar saham bullish. Salah satu indikasinya, pekan lalu Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali menyentuh level tertinggi di 5.374,17.
Senior Fund Manager BNI Asset Management Hanif Mantiq menilai, pemangkasan anggaran subsidi bahan bakar minyak (BBM) yang dialihkan ke Penyertaan Modal Negara (PMN) ke sejumlah Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dapat menaikkan peringkat utang Indonesia oleh Standard & Poor’s (S&P) ke level investment grade. “Setidaknya, dalam waktu dekat S&P bisa meningkatkan outlook utang Indonesia dari stabil ke positif,” prediksi Hanif.
Meskipun anggaran yang disahkan DPR tak 100% sesuai harapan pemerintah, Direktur Panin Asset Management Ridwan Soetedja mengatakan, perubahan anggaran masih dalam batas wajar. “Kami masih optimistis,” kata Ridwan. Sikap Panin Asset Management itu diaplikasikan dalam bentuk portofolio agresif reksadana saham, yakni di saham hingga di atas 90% dari dana kelolaan.
BNI Asset Management juga memaksimalkan alokasi aset di efek saham. Bahkan, porsinya rata-rata di atas 95% dari dana kelolaan.
Sedangkan reksadana saham Sinarmas Asset Management membelanjakan ke efek saham hingga 90%. Direktur Utama Sinarmas Asset Management Hermawan Hosein menilai, tahun ini merupakan momentum tepat berbelanja efek saham.
Manajer investasi optimistis, APBN-P 2015 menyebabkan pasar saham bullish karena ada potensi perbaikan ekonomi. Ujungnya, imbal hasil reksadana saham bisa ikut terkerek. Setiap manajer investasi mempunyai sektor saham jagoan beragam.
Sinarmas Asset Management menjagokan sektor konstruksi, konsumer dan media. Emiten konstruksi dipandang berkinerja baik seiring program percepatan infrastruktur pemerintah. “Turunnya harga BBM meningkatkan daya beli masyarakat sehingga pendapatan sektor konsumer membaik,” tambah Hermawan.
Panin Asset Management menjagokan sektor perbankan dan konsumer. Sementara BNI Asset Management memilih sektor infrastruktur, perbankan dan konsumer. Hanif melihat, prospek cerah emiten perbankan yang telah menargetkan pertumbuhan kredit lebih tinggi di tahun ini ketimbang di 2014.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News