kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pacu bisnis, fintech lending ramai-ramai jalin kemitraan


Kamis, 18 Maret 2021 / 19:45 WIB
Pacu bisnis, fintech lending ramai-ramai jalin kemitraan
ILUSTRASI. Peer to Peer Lending.


Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perusahaan fintech peer to peer (P2P) lending ramai-ramai bekerja sama jalin kemitraan menyalurkan pendanaan bagi pelaku usaha mikro (UMKM).

Seperti perusahaan fintech lending syariah ALAMI yang bekerja sama dengan BukaPengadaan, salah satu lini bisnis Bukalapak di sektor e-procurement, untuk menyalurkan pendanaan syariah ke mitra dan pelanggan BukaPengadaan.

Dima Djani, CEO ALAMI mengungkapkan, saat ini, UMKM terus dipacu untuk mampu bertahan dari dampak pandemi. Salah satunya dengan dukungan pemerintah agar mereka bisa bersaing di pasar yang lebih besar lewat bisnis pengadaan digital (e-procurement). Melalui BukaPengadaan, UMKM dapat naik kelas dengan menjadi penyedia barang dan jasa bagi korporasi dan pemerintah. 

Baca Juga: Buka Investasi Bersama targetkan bisa gaet 500.000 investor baru pada tahun ini

"kita juga menggandeng banyak mitra seperti eFishery dan Bukalapak. Selain itu kita juga sedang penjajakan dengan berbagai mitra lainnya. Keunggulannya kita bisa diversify client base dengan lebih mudah," kata Dima kepada kontan.co.id, Kamis (18/3).

Dima menjelaskan, secara umum, skema pembiayaan ini dapat dimanfaatkan melalui fitur BukaPengadaan yang terintegrasi pada platform Bukalapak. Sehingga opsi pembiayaan yang praktis dapat digunakan UMKM dalam memenuhi permintaan dan juga oleh pelanggan untuk setiap transaksi pengadaan.

Ia mengatakan, Sampai dengan Februari 2021 pihaknya sudah menyalurkan hampir Rp 500 miliar kepada para pelaku UMKM di Indonesia. Sementara per minggu kedua Maret 2021, pihaknya sudah menyalurkan Rp 150 miliar dan memproyeksikan bisa sampai Rp 1 triliun di 2021. "TBK90 kami masih 100% dan kami menjaga di level tersebut dengan upaya terus memperbaharui risk engine kami dan kolaborasi dengan mitra," tambah Dima.

Ia menyebut, tren ke depan makin banyak kerjasama antar P2P lending dengan perbankan dan ekosistem. Pihaknya juga sedang menjajaki kerjasama dengan berbagai BPR/S di Jawa untuk skema channeling.

Baca Juga: Dua bulan pertama tahun 2021, penyaluran kredit BPD masih tumbuh positif

Serupa, PT Akseleran Keuangan Inklusif Indonesia juga menggandeng mitra baik dari sisi funding maupun dari sisi deal sourcing dalam menyalurkan pembiayaan kepada para pelaku UMKM.

Dari sisi funding Akseleran bekerjasama channeling dengan berbagai bank seperti BCA, Bank Mandiri, Bank J Trust, Bank Jago, dan multifinance seperti CreditSaison, KreditPlus, Radana, MTF, dan lain-lain.

Dari sisi deal sourcing Akseleran bekerjasama dengan platform digital seperti e-commerce platform Bukalapak, b2b e-commerce seperti Ralali, Bhineka, dengan payment gateway seperti Midtrans, dan supply chain financing atau distributor/buyer financing dengan anchor corporate partner seperti Ancol, MMS Resources, dan lain-lain.

CEO & Co-founder Akseleran Ivan Tambunan menyatakan, keunggulan dari kerjasama tersebut adalah, bisa lebih scalable dan efisien, karena melalui kerjasama ini pihaknya bisa dapat lebih banyak funding ataupun deals dengan berpartner dengan partner-partner tersebut.

"Tahun ini sampai dengan Februari 2021 kami sudah menyalurkan pembiayaan sekitar Rp 220 miliar. Kalau kumulatif dari awal berdiri sudah sekitar Rp 2,2 triliun. Tahun ini kami proyeksikan bisa salurkan sampai Rp 2 triliun," jelas Ivan.

Ivan mengungkapkan, Akseleran terus berupaya menjaga kualitas pinjaman pada tahun ini dengan menerapkan penilaian kredit yang prudent dan berfokus kepada cashflow calon peminjam (borrower).

Baca Juga: Dapat suntikan dana, fintech Brick akan jangkau pasar di Asia Tenggara

Sebagai antisipasi lainnya di masa pandemi, Akseleran menjadikan produk invoice financing sebagai yang mayoritas sebesar 60% dibandingkan pre-invoice financing sebesar 40%. Dengan demikian, diharapkan dapat menekan total NPL Akseleran tetap berada di bawah 1% di akhir tahun 2021.

Selain itu saat ini hampir seluruh pinjaman di Akseleran diproteksi dengan asuransi kredit yang melindungi sampai dengan 90% pokok pinjaman. "Kami terus berupaya untuk melakukan deepening untuk existing product dalam bentuk invoice dan pre-invoice financing, dan menggarap usaha-usaha yang belum mengenal fintech lending. Selain itu kami juga terus mengembangkan teknologi kami agar proses loan origination dan credit assessment bisa makin efektif dan proses kredit bisa lebih seamless," imbuh Ivan.

Modalku juga berkolaborasi menggandeng e-commerce untuk memperluas penyalurannya. Beberapa e-commerce yang sudah bekerjasama dengan Modalku antara Tokopedia, Shopee, Zilingo, Bukalapak, perusahaan supply chain alat kesehatan (idsMED), platform bisnis invoice (Paper.id), BPJS Kesehatan, hingga perbankan. 

Co-Founder sekaligus CEO Modalku Reynold Wijaya mengatakan kolaborasi merupakan salah satu strategi utama Modalku dalam menjalankan bisnis. Menurutnya, kolaborasi ini memungkinkan Modalku untuk menjangkau lebih banyak segmen UMKM yang tersebar di seluruh Indonesia. 

Baca Juga: Bank Mandiri dorong transaksi online dengan Livin’ By Mandiri

Selain itu, kolaborasi dengan beberapa platform digital juga memudahkan Modalku untuk melalukan penilaian terhadap bisnis UMKM yang mengajukan pinjaman dimana UMKM yang sudah terdaftar sebagai merchant di platform digital tersebut sudah memiliki riwayat transaksi yang tercatat.

Sampai saat ini, Grup Modalku telah menyalurkan pinjaman sebesar Rp 22,2 triliun kepada 4 juta jumlah transaksi pinjaman UMKM di Indonesia, Singapura, Malaysia, dan Thailand. Sedangkan sepanjang tahun 2021 sampai saat ini, Grup Modalku telah menyalurkan pinjaman sebesar lebih dari Rp 1,8 triliun. 

"Saat ini kami belum bisa menginformasikan target penyaluran di tahun ini karena fokus utama kami adalah menjangkau lebih banyak UMKM serta pendana melalui inovasi produk serta kolaborasi dengan berbagai pihak untuk tetap bisa bertumbuh secara positif di tahun ini," ungkap Reynold.

Selanjutnya: Dalam 2 bulan, BNI kantongi pendapatan fee Rp 21,5 miliar dari layanan API

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×