Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Tendi Mahadi
Meski demikian, Deputi Dewan Komisioner Pengawasan Bank III OJK Slamet Edy Purnomo bilang Cathay telah menggelar uji tuntas untuk menambah kepemilikan sahamnya di Bank Mayapada. “Uji tuntas masih proses finalisasi, belum selesai,” katanya kepada Kontan.co.id, Kamis (16/7).
Sementara Direktur Utama Bank Mayapada Hariyono Tjahrijadi memang juga tak mau banyak bicara soal rencana bakal pindahnya pengendalian terakhir Bank Mayapada. Meskipun ia mengaku Cathay memang punya rencana untuk meningkatkan kepemilikan sahamnya di perseroan.
Baca Juga: BI masih yakin rupiah tetap perkasa di tahun ini, simak alasannya
Cathay sejatinya juga merupakan pengendali di Bank Mayapada sejak 2017 lalu, saat ia membeli 15,10% saham perseroan yang dimiliki Brilliant Bazzar Pte Ltd. Pascatransaksi, Cathay kemudian mengempit 40% kepemilikan saham Bank Mayapada.
Setelahnya, Cathay juga terus mempertahankan komposisi 40%. Cathay berpartisipasi dalam rights issue pada 2017 enggan mengucurkan Rp 400 miliar, dan pada 2018 dengan menyetor Rp 800 miliar. Baru pada tahun lalu, Cathay alpa ikut rights issue, ini yang bikin kepemilikan sahamnya terdilusi menjadi 37,33% hingga kini.
Mengakomodasi rencana Cathay untuk meningkatkan kepemilikan sahamnya, Hariyono bilang perseroan bisa menggelar penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu alias private placement,
“Kalau melihat opsi yang bisa dilakukan di pasar, kemungkinan bisa dilakukan melalui private placement akhir tahun. Namun hingga kini Belum ada pembicaraan terkait komposisi, jumlah saham yang akan diambil. Kami juga tidak mau terlalu banyak bicara soal itu, karena bukan ranah kami. Intinya sekarang masih berlangsung pembicaraan dengan OJK, Cathay, dan PSPT” katanya di Jakarta, Kamis (16/7).
Baca Juga: LPS: Beleid penempatan dana LPS ke perbankan bakal terbit besok
Sementara sebelumnya kepada Kontan.co.id, Hariyono bilang, selain guna bikin tebal modal perseroan, rencana Cathay menambah modal sejatinya seiring rencana ekspansi perseroan pascapandemi yang diprediksi bakal menerima banyak permintaan kredit.