Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Herlina Kartika Dewi
Guna memacu transaksi digital, BCA berencana menghadirkan e-commerce ke dalam ekosistem digital bank. Jahja bilang hal ini akan membutuhkan waktu yang relatif lama karena butuh persiapan yang cukup pelit. Ia menyebut akan mencoba satu per satu platform ecommerce untuk dihadirkan dalam aplikasi BCA.
“Sehingga, kita punya suatu aplikasi, yang tidak hanya untuk payment, tapi juga untuk tempat bagi ecommerce berjualan, yang notabene kita dorong nasabah kita untuk berjualan di ecommerce tersebut. Ini adalah tugas yang tidak gampang ada proses edukasinya,” jelas Jahja.
Baca Juga: BCA bakal memasukkan e-commerce ke dalam layanan SuperApp
Hal yang sama juga terjadi di PT Bank Mandiri (Persero) Tbk yang mencatatkan transaksi finansial yang terjadi di e-channel mandiri telah mencapai lebih dari 600 juta transaksi hingga pertengahan Maret 2021.
Thomas Wahyudi, Senior Vice President Transaction Banking Retail Sales Bank Mandiri bilang volume dari transaksi itu tumbuh 14% yoy menjadi hampir Rp 700 triliun.
“Pada masa pandemi Covid-19 ini, hampir semua lini segmen pembayaran untuk transaksi offline seperti ATM, EDC & e-money masih terus berupaya kembali ke transaksi semula, kecuali layanan mobile atau internet banking masih mengalami peningkatan signifikan. Di Bank Mandiri sendiri transaksi paling banyak terjadi di layanan mobile banking Livin' by Mandiri yang menopang 40% dari total volume transaksi e-channel,” paparnya kepada Kontan.co.id.
Tak mau kalah, penyelenggara uang elektronik berbasis server juga mengalami peningkatan transaksi. Head of Communications OVO Harumi Supit bilang dalam satu tahun pandemi merchant OVO meningkat lebih dari dua kali hingga 31 Maret 2021. Saat ini sudah ada lebih dari 1,5 juta merchant di platform OVO.
“Sementara TPV online merchant meningkat sebesar 238% sejak awal pandemi sampai dengan akhir tahun, sejalan dengan pergeseran perilaku konsumen yang lebih memilih metode pembayaran digital. Pertumbuhan tersebut tentunya banyak faktor termasuk kepercayaan user yang banyak memilih OVO, dan juga didukung oleh bertambahnya use case sejalan dengan perluasan ekosistem OVO dengan masuknya mitra seperti Blibli, Bhinneka.com, Happyfresh, Lazada, Sayurbox, Zalora dan lain-lain,” jelasnya.
Meski begitu, ternyata kehadiran fintech payment bukanlah menjadi ancaman bagi perbankan. Direktur PT Bank CIMB Niaga Lani Darmawan menilai kehadiran fintech sebagai pendukung ekosistem digital yang bisa dimanfaatkan oleh bank.
“Kehadiran fintech bagi bank, ada sisi kompetisi tapi juga kerja sama. Karena pada akhirnya bank juga berperan di fintech. Dan fintech cukup gencar menyediakan sarana digital payment seperti QRIS di merchant,” papar Lani.
Lewat QRIS, bank maupun fintech bisa saling menggunakan infrastruktur transaksi satu sama lain. Menurut Lani, hal ini bisa membantu mempercepat digitalisasi transaksi masyarakat secara keseluruhan.
Thomas Wahyudi menyebut transaksi mobile banking akan melengkapi fintech payment. Lantaran dana masyarakat pada umumnya akan ditempatkan di Bank. Mobile banking akan menjadi saluran top up uang elektronik Fintech Payment.
Baca Juga: Bank Indonesia Terus Relaksasi Aturan QR Code Indonesian Standard (QRIS)
“Dari sisi pembayarannya sendiri, baik mobile banking maupun fintech payment mempunyai ekosistem masing2. Alih-alih melihat sebagai kompetisi, kami melihat banyak peluang berkolaborasi dan saling melengkapi. Akhirnya kembali ke pilihan konsumen,” tambahnya.
Head of Communications OVO Harumi Supit menyatakan secara paralel juga mengembangkan kolaborasi dengan Bank BRI. Lewat berbagai inisiatif termasuk penyaluran dana pinjaman modal yang ditujukan kepada UMKM.
“Kolaborasi ini sebagai bukti nyata bahwa perusahaan fintech payment dan perbankan dapat saling melengkapi dan mendukung dalam mendorong pemulihan ekonomi dan percepatan inklusi finansial,” pungkasnya.
Selanjutnya: Gandeng UniPin, Bank Mandiri hadirkan promo top up game selama Ramadan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News