Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lebih setahun pandemi Covid-19 merebak membuat adaptasi transaksi digital semakin diterima. Belum lagi tren belanja daring lewat platform e-commerce terus digemari, hal ini membuat transaksi digital banking dan fintech payment sebagai penyelenggara uang elektronik melesat.
Asisten Gubernur Kepala Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran BI Filianingsih Hendarta menyatakan e-commerce menjadi platform utama ekonomi digital. Berdasarkan catatan BI, volume transaksi ecommerce mencapai 548 juta transaksi dengan nominal mencapai Rp 88 triliun pada Maret 2021.
“Secara year on year (yoy) dibandingkan kuartal I-2020, ada peningkatan volume sebesar 99% dan peningkatan nominal 52%. Digital banking berupa internet banking, sms banking, dan mobile banking juga meningkat di kuartal 1-2021 volumenya 28% menjadi 1.493 juta transaksi dengan nominal 23% yoy menjadi Rp 8.233 triliun,” ujarnya secara virtual pada Jumat (23/4).
Filianingsih menambahkan, uang elektronik juga berkembang pesat dengan volume transaksi mencapai 1.162 kali dengan nilai 61,4 triliun pada kuartal I-2021. Secara nominal tumbuh 33% sedangkan secara volume turun 10% yoy karena adanya PSBB membuat uang elektronik tidak bisa digunakan di jalan tol.
Baca Juga: CIMB Niaga catat transaksi OCTO Mobile tumbuh 62% yoy hingga Maret 2021
“Uang elektronik ini digunakan di e-commerce itu lebih dari 40%. Jadi dia di atas transaksi bank, sehingga nominalnya tinggi karena banyak digunakan di e-commerce. Setelah Covid-19 akan susah kembali ke kondisi sebelum pandemi, masyarakat sudah nyaman melakukan transaksi secara digital,” tutur Fili.
Direktur PT Bank CIMB Niaga Lani Darmawan menyatakan transaksi mobile banking lewat OCTO Mobile tumbuh 62% yoy dengan volume tumbuh 52% yoy pada Maret 2021. Ia menyatakan transaksi dengan volume terbesar berasal dari transfer, diikuti bill payment dan prepaid reload.
“Salah satunya betul didorong oleh kehadiran ecommerce. Tetapi jika dilihat jenis payment yang digunakan untuk e-commece terutama ticket size besar adalah kartu kredit. Saya rasa pertumbuhan transaksi OCTO Mobile bisa tumbuh sekitar 50%-an di akhir 2021,” ujar Lani kepada Kontan.co.id.
PT Bank Central Asia Tbk (BCA) misalnya membukukan nilai transaksi pada layanan mobile banking senilai Rp 852 triliun pada Maret 2021. Nilai itu tumbuh 37,1% yoy dibandingkan Maret 2020 sebesar Rp 621 triliun.
Adapun secara volume, transaksi lewat aplikasi BCA mobile itu tumbuh 62% yoy menjadi 2,08 miliar kali.
“BCA memproses 40,5 juta transaksi per hari secara rata-rata pada kuartal I 2021, naik dari 31,5 juta dari periode yang sama tahun lalu. Seiring pergeseran tren masyarakat ke arah digitalisasi, BCA terus mencatatkan pertumbuhan pesat pada jumlah transaksi melalui mobile dan internet banking,” ujar Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja, Kamis (23/4).
Guna memacu transaksi digital, BCA berencana menghadirkan e-commerce ke dalam ekosistem digital bank. Jahja bilang hal ini akan membutuhkan waktu yang relatif lama karena butuh persiapan yang cukup pelit. Ia menyebut akan mencoba satu per satu platform ecommerce untuk dihadirkan dalam aplikasi BCA.
“Sehingga, kita punya suatu aplikasi, yang tidak hanya untuk payment, tapi juga untuk tempat bagi ecommerce berjualan, yang notabene kita dorong nasabah kita untuk berjualan di ecommerce tersebut. Ini adalah tugas yang tidak gampang ada proses edukasinya,” jelas Jahja.
Baca Juga: BCA bakal memasukkan e-commerce ke dalam layanan SuperApp
Hal yang sama juga terjadi di PT Bank Mandiri (Persero) Tbk yang mencatatkan transaksi finansial yang terjadi di e-channel mandiri telah mencapai lebih dari 600 juta transaksi hingga pertengahan Maret 2021.
Thomas Wahyudi, Senior Vice President Transaction Banking Retail Sales Bank Mandiri bilang volume dari transaksi itu tumbuh 14% yoy menjadi hampir Rp 700 triliun.
“Pada masa pandemi Covid-19 ini, hampir semua lini segmen pembayaran untuk transaksi offline seperti ATM, EDC & e-money masih terus berupaya kembali ke transaksi semula, kecuali layanan mobile atau internet banking masih mengalami peningkatan signifikan. Di Bank Mandiri sendiri transaksi paling banyak terjadi di layanan mobile banking Livin' by Mandiri yang menopang 40% dari total volume transaksi e-channel,” paparnya kepada Kontan.co.id.
Tak mau kalah, penyelenggara uang elektronik berbasis server juga mengalami peningkatan transaksi. Head of Communications OVO Harumi Supit bilang dalam satu tahun pandemi merchant OVO meningkat lebih dari dua kali hingga 31 Maret 2021. Saat ini sudah ada lebih dari 1,5 juta merchant di platform OVO.
“Sementara TPV online merchant meningkat sebesar 238% sejak awal pandemi sampai dengan akhir tahun, sejalan dengan pergeseran perilaku konsumen yang lebih memilih metode pembayaran digital. Pertumbuhan tersebut tentunya banyak faktor termasuk kepercayaan user yang banyak memilih OVO, dan juga didukung oleh bertambahnya use case sejalan dengan perluasan ekosistem OVO dengan masuknya mitra seperti Blibli, Bhinneka.com, Happyfresh, Lazada, Sayurbox, Zalora dan lain-lain,” jelasnya.
Meski begitu, ternyata kehadiran fintech payment bukanlah menjadi ancaman bagi perbankan. Direktur PT Bank CIMB Niaga Lani Darmawan menilai kehadiran fintech sebagai pendukung ekosistem digital yang bisa dimanfaatkan oleh bank.
“Kehadiran fintech bagi bank, ada sisi kompetisi tapi juga kerja sama. Karena pada akhirnya bank juga berperan di fintech. Dan fintech cukup gencar menyediakan sarana digital payment seperti QRIS di merchant,” papar Lani.
Lewat QRIS, bank maupun fintech bisa saling menggunakan infrastruktur transaksi satu sama lain. Menurut Lani, hal ini bisa membantu mempercepat digitalisasi transaksi masyarakat secara keseluruhan.
Thomas Wahyudi menyebut transaksi mobile banking akan melengkapi fintech payment. Lantaran dana masyarakat pada umumnya akan ditempatkan di Bank. Mobile banking akan menjadi saluran top up uang elektronik Fintech Payment.
Baca Juga: Bank Indonesia Terus Relaksasi Aturan QR Code Indonesian Standard (QRIS)
“Dari sisi pembayarannya sendiri, baik mobile banking maupun fintech payment mempunyai ekosistem masing2. Alih-alih melihat sebagai kompetisi, kami melihat banyak peluang berkolaborasi dan saling melengkapi. Akhirnya kembali ke pilihan konsumen,” tambahnya.
Head of Communications OVO Harumi Supit menyatakan secara paralel juga mengembangkan kolaborasi dengan Bank BRI. Lewat berbagai inisiatif termasuk penyaluran dana pinjaman modal yang ditujukan kepada UMKM.
“Kolaborasi ini sebagai bukti nyata bahwa perusahaan fintech payment dan perbankan dapat saling melengkapi dan mendukung dalam mendorong pemulihan ekonomi dan percepatan inklusi finansial,” pungkasnya.
Selanjutnya: Gandeng UniPin, Bank Mandiri hadirkan promo top up game selama Ramadan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News