Reporter: Feri Kristianto | Editor: Roy Franedya
JAKARTA. Kiprah asuransi joint venture atau perusahaan patungan di industri asuransi umum terangkat lagi. Lihat saja, berdasarkan data Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI), tahun lalu market share perusahaan patungan mencapai 16% dari total premi Rp 38,79 triliun. Pencapaian sepanjang tahun lalu itu lebih tinggi dibandingkan tahun 2011 yang sebesar 14%. Namun, mereka belum bisa mengulangi prestasi tahun 2009, saat market share mencapai 20%.
Total premi 16 perusahaan patungan Rp 5,9 triliun. Alhasil, mereka sukses menggeser pangsa pasar asuransi BUMN. Tiga perusahaan asuransi pelat merah hanya mengumpulkan premi Rp 5,1 triliun atau 13% dari total premi bruto.
Meski berhasil menggerogoti pasar BUMN, secara keseluruhan market share asuransi umum masih dikuasai asuransi nasional. Sebanyak 61 perusahaan nasional mengumpulkan premi sekitar Rp 27,6 triliun, alias 71%.
Peningkatan ini menarik. Sebab, jumlah perusahaan patungan di asuransi umum justru menyusut. Tahun 2012, hanya ada 16 perusahaan. Sedang setahun sebelumnya masih 19 perusahaan.
Budi Herawan, Ketua Bidang Statistik,Informasi dan Analisa AAUI, menduga ada proyek-proyek tahun 2012 yang penutupannya harus memakai joint venture. "Mungkin ada kaitan dengan kontraktor dan pendanaannya," ungkapnya, Kamis (28/3).
Menurut Julian Noor, Direktur Eksekutif AAUI, bisa juga karena kinerja. Performa beberapa asuransi lokal yang diakuisisi asing menggeliat.
Faktor lain adalah cerahnya pasar Indonesia. Jumlah kelas menengah atas meningkat. Beberapa pelaku asuransi patungan menyasar segmen ini. Mereka memasarkan asuransi jenis personal. Misalnya, asuransi elektronik untuk ponsel. Premi dari produk ini memang kecil, tapi mampu membantu peningkatan premi. Apalagi pesaing masih sedikit.
Prediksi tahun ini, market share perusahaan patungan kembali naik, terlebih karena jumlah pemainnya bertambah. Ada transaksi akuisisi Asuransi Jaya Proteksi (Japro) oleh ACE Limited.
Japro merupakan salah satu pemain besar asuransi kendaraan bermotor. Proses akuisisi diperkirakan rampung tahun ini. Namun peningkatannya tidak langsung melesat. Mungkin hanya akan bertambah 1%-2%. "Kecuali ada asuransi besar diakuisisi akan kerek industri," ujar Julian.
Alhasil, kinerja asuransi joint venture belum dikhawatirkan menggerus pangsa pasar asuransi nasional. Penetrasi asuransi nasional masih mencengkram, lantaran lebih mengenal pasar. Strategi mengumpulkan premi dan mengelola risiko nasional, juga lebih unggul. Apalagi ada perbedaan karakter model bisnis di luar negeri dan Indonesia. Contohnya, di asuransi kendaraan bermotor. Di sini ada istilah reparasi ketok magic serta sejenisnya. Pemain asing belum tentu paham dengan metode seperti itu.
Jumlah pemain baru lokal ikut bertambah. Misalnya, Asuransi Umum Panin dan MPM Insurance. Kehadiran mereka akan menambah kontribusi premi pemain lokal. Bahkan kontribusi bisa besar bila keduanya mendiversifikasi produk. Maksudnya, tak hanya mengincar premi dari perusahaan terafiliasi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News