Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Pekreditan Rakyat (BPR) memiliki peluang untuk mempercepat pertumbuhan bisnisnya ke depan di tengah perkembangan digitalisasi. Pasalnya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah memberikan lampu hijau terhadap BPR berkolaborasi dengan perusahaan financial teknologi (fintech) dalam penyaluran kredit.
Sesuai dengan Buku Panduan Kerja Sama BPR dan Fintech Lending yang disusun oleh OJK, kerjasama keduanya bisa dilakukan melalui dua skema, yakni channelling dan skema referral.
Meskipun dari tahun ke tahun jumlah BPR yang kolaps semakin bertambah namun pasar kredit BPR masih cukup besar di Tanah Air.
Baca Juga: Bisnis BPR masih tumbuh di tengah tekanan
Di tahun 2020, BPR masih mampu mencatatkan kredit tumbuh positif. Berdasarkan data OJK, total kredit BPR mencapai Rp 110,77 triliun atau tumbuh 1,82% dibanding tahun 2019 ( year on year/YoY).
Sepanjang tahun lalu, jumlah BPR yang tutup mencapai 36 bank. Jika pada akhir 2019 masih berjumlah 1.542 maka di akhir 2020 sudah berkurang jadi 1.506 bank. Adapun total kantor cabang BPR saat ini mencapai 5.913 kantor.
Jika dirinci lebih jauh, pangsa pasar terbesar kredit BPR masih berada di pulau Jawa yakni 57,55% atau sekitar Rp 63,75 triliun per akhir 2020. Lalu disusul pulau Sumatera 19,2% atau sebesar Rp 21,35 triliun dan pulau Bali 10,3% atau Rp 11,52 triliun. Sedangkan Sulawesi 5,58%, Kalimantan 1,82%, serta Indonesia Timur dan NTB 5,25%.
Sementara dari sisi wilayah provinsi, pangsa pasar terbesar BPR ada di Jawa Tengah dengan total kredit mencapai Rp 28,08 triliun atau 25,3% dari total kredit BPR. Posisi kedua diduduki Jawa Barat dengan total kredit Rp 13,22 triliun atau 11,9%.
Selanjutnya diikuti oleh Bali sebesar Rp 11,52 triliun, Jawa Timur Rp 10,84 triliun, Lampung Rp 10,09 triliun, Yogyakarta Rp 5,67 triliun dan Kepulauan Riau Rp 5,26 triliun.
Joko Suyanto, Ketua Umum Perhimpunan Bank Perkreditan Rakyat Indonesia (Perbarindo) optimistis bisnis BPR tahun 2021 akan tumbuh lebih baik. Penyaluran kredit ditargetkan bisa tumbuh sekitar 7%-8%.
Selain kondisi ekonomi yang diprediksi akan perlahan pulih sejalan dengan perkembangan vaksinasi Covid-19, sinergi BPR dan fintech yang sudah diperbolehkan menurutnya akan jadi faktor pendorong pertumbuhan bisnis BPR ke depan.
"Produk yang disenangi masyarakat saat ini adalah yang dikemas dengan teknologi sehingga mengedepankan kecepatan dan kesimpelan. Maka kolabarasi dengan fintech ini akan berdampak positif ke depan," katanya pada Kontan.co.id, Senin (29/3).
Saat ini, Perbarindo tengah melakukan proyek percontohan dengan salah satu fintech untuk skema kerja sama channeling. Joko menjelaskan, melalui skema itu nantinya akan dibentuk kerjasama tripartit yakni antara BPR, Fintech, dan perusahaan asuransi kredit.
Baca Juga: Gandeng Fintech, BPR Berakselerasi di Tengah Tekanan Pandemi Covid-19
Posisi BPR akan menjadi pemberi kredit, fintech akan bertugas menjadi underwriter dan mengakuisisi nasabah, sedangkan asuransi kredit yang akan menjadi penjamin risiko. proyek percontohan ini ditargetkan akan rampung dalam waktu dekat.
BPR Hasamitra juga menyambut baik langkah OJK memberikan lampu hijau bagi BPR melakukan kolaborasi dengan fintech. Direktur Utama BPR Hasamitra I Nyoman Supartha mengatakan, faktor tersebut sudah dimasukkan bank ini dalam menyusun rencana bisnisnya tahun 2021 dimana kredit ditargetkan tumbuh 15,4% jadi Rp 2,31 triliun.
"Dampaknya ke penyaluran kredit tentu sangat bagus karena pasar kami jadi lebih luas, apalagi system scoring kredit bisa kita kolaborasi sehingga mitigasi risiko pun bisa diminimalisir. Saat ini kami dalam proses cari mitra fintech yang cocok dengan kami," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News