Reporter: Ferry Saputra | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) memperkirakan penerbitan surat utang multifinance akan lebih semarak pada kuartal III-2024. Kepala Divisi Riset Ekonomi Pefindo Suhindarto menyebut hal itu berdasarkan pada surat utang jatuh tempo pada kuartal III dan kuartal IV-2024 yang lebih besar, dibandingkan dengan kuartal I dan kuartal II-2024.
"Adapun surat utang jatuh tempo berdasarkan industri multifinance pada kuartal III-2024 sebesar 6,79 triliun dan kuartal IV-2024 sebesar Rp 6,08 triliun," ucapnya kepada Kontan, Jumat (26/7).
Suhindarto menerangkan realisasi sepanjang Juli 2024, sudah ada 6 perusahaan yang melakukan penerbitan surat utang korporasi dengan nilai sebesar Rp 4,8 triliun. Dia bilang nilai tersebut sudah sepertiga dari penerbitan selama semester I-2024 yang mencapai Rp 13,24 triliun.
Baca Juga: Pefindo: Penerbitan Surat Utang Multifinance Capai Rp 13,24 T pada Semester I-2024
"Kami perkirakan nilai tersebut akan terus meningkat sepanjang kuartal III-2024 dan kuartal IV-2024 seiring dengan nilai jatuh tempo yang juga lebih tinggi tersebut," katanya.
Mengenai penurunan suku bunga yang diprediksi paling cepat terjadi pada September 2024, Suhindarto menilai bukan menjadi faktor utama bagi multifinance untuk memutuskan menerbitkan surat utang. Dia melihat pola dari penerbitan surat utang korporasi di Indonesia secara umum justru lebih banyak dipengaruhi nilai jatuh temponya.
"Jadi, sepanjang terdapat nilai jatuh tempo yang besar, perusahaan akan cenderung melakukan penerbitan untuk me-refinancing surat utang yang akan jatuh tempo tersebut," tuturnya.
Dalam industri multifinance, Suhindarto melihat bahwa penerbitan surat utang dari sektor industri multifinance masih akan memiliki prospek yang baik. Hal itu seiring dengan pertumbuhan industri multifinance yang masih berada di level double digit meskipun mengalami perlambatan dibandingkan periode akhir tahun lalu.
"Pertumbuhan penyaluran pembiayaan yang masih dalam kondisi begitu baik juga membuat penerbitan surat utang dengan tujuan untuk modal kerja dari multifinance masih begitu tinggi," katanya.
Meskipun demikian, Suhindarto tidak memungkiri bahwa kondisi suku bunga tinggi, seperti saat ini, turut memengaruhi kinerja bisnis multifinance. Kalau dilihat sejak Oktober 2023 hingga Juni 2024, dia menyebut Bank Indonesia sudah menaikkan suku bunga dua kali yang masing-masing sebesar 25 bps.
Adapun kenaikan suku bunga itu memengaruhi pendanaan multifinance melalui dua aspek. Pertama, kenaikan biaya pendanaan, yakni suku bunga tinggi meningkatkan kupon yang perlu dibayarkan oleh emiten. Investor juga meminta premi yang lebih tinggi karena suku bunga tinggi meningkatkan leverage keuangan perusahaan multifinance.
Baca Juga: Saham Adhi Karya (ADHI) Masuk Konstituen Indeks Pefindo i-Grade
Kedua, pelemahan permintaan jasa multifinance, yaitu suku bunga tinggi membuat pinjaman menjadi lebih mahal. Dengan demikian, mendorong rumah tangga dan bisnis yang selama ini mengandalkan pembiayaan dari multifinance untuk menunda pembelian.
"Oleh karena itu, ketika suku bunga lebih tinggi, pendanaan multifinance melalui surat uang juga lebih rendah. Mereka mungkin lebih mengoptimalkan pendanaan melalui modal internal atau mereka menerbitkan surat utang dengan jangka pendek, sehingga ketika jatuh tempo dalam waktu dekat bisa mereka biayai kembali dengan surat utang berkupon yang lebih murah ketika suku bunga mulai diturunkan oleh bank sentral," ucap Suhindarto.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News