Reporter: Arif Ferdianto | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) mencatat penerbitan surat utang perusahaan pembiayaan atau multifinance hingga November 2023 ini meningkat dari tahun 2022. Hal ini menandakan bisnis industri ini mengalami pertumbuhan.
Pefindo mencatat penerbitan surat utang industri multifinance tumbuh 20,9% menjadi Rp 32,76 triliun hingga November 2023, dibandingkan penerbitan sepanjang tahun 2022 yang sebesar Rp 27,09 triliun.
Economic Research Division Pefindo, Ahmad Nasrudin menyampaikan angka penerbitan surat utang multifinance tetap tumbuh di tengah penurunan angka penerbitan secara nasional. Sebab, bisnis industri ini mengalami pertumbuhan.
“Bisnis yang tumbuh, kebutuhan untuk refinancing yang masih tinggi, dan diversifikasi sumber pembiayaan adalah alasan perusahaan multifinance masih gencar menerbitkan surat utang,” ujarnya kepada Kontan.co.id, Senin (11/12).
Baca Juga: OJK: Rata-rata Modal Minimum Multifinance Telah Mencapai Rp 320 Miliar
Selain itu, lanjut dia, bunga yang kompetitif juga menjadi alasan lainnya mengapa multifinance lebih memilih menerbitkan surat utang daripada meminjam ke bank.
Ahmad menyebutkan, berdasarkan data OJK, penyaluran pembiayaan multifinance meningkat 14,18% year on year (YoY) menjadi Rp 458,70 triliun per September 2023. Menurutnya, dari pertumbuhan tersebut multifinance semakin membutuhkan pendanaan.
“Opsi yang dapat mereka lakukan di antaranya adalah dengan mengakses pasar surat utang. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika di tahun ini, meski penerbitan surat utang nasional cenderung turun, penerbitan surat utang oleh multifinance justru naik,” sebutnya.
Baca Juga: Obligasi Jadi Sumber Dana Multifinance
Ahmad mengungkapkan, penerbitan surat utang merupakan diversifikasi pendanaan yang dilakukan multifinance, selain mendapatkan pinjaman dari induk perusahaan atau perbankan.
“Secara umum, menerbitkan surat utang relatif lebih kompetitif dibandingkan dengan pinjaman ke bank terutama bagi multifinance dengan peringkat yang kuat,” ungkapnya.
Ahmad mencontohkan, rerata kupon yang ditawarkan untuk surat utang berperingkat AAA, AA, dan A untuk tenor 1 tahun masing-masing adalah 5,9%, 6,0%, dan 7,2%.
Baca Juga: Sejumlah Multifinance Targetkan NPF Terus Menurun pada 2024
“Persentase tersebut lebih rendah daripada pinjaman dari bank untuk modal kerja yang sebesar 9,05% dan investasi 8,82%. Sedangkan, emiten dengan peringkat di bawah itu harus menanggung kupon yang lebih tinggi,” tandasnya.
Sebagai informasi, penerbitan surat utang industri multifinance periode Januari sampai November 2023 mencapai Rp 32,76 triliun atau sekitar 27% dari total penerbitan surat utang.
Bila dirinci, penerbitan surat utang milik multifnance BUMN hanya berada di instrumen obligasi yang nilainya sebesar Rp 2,32 triliun. Sementara untuk mulitifinance non BUMN, mayoritas ada di obligasi dengan nilai Rp 28,34 triliun dan sukuk sebesar Rp 2,1 triliun.
Adapun nilai surat utang multifinance yang akan jatuh tempo di tahun 2024 mencapai Rp 26,3 triliun dengan rincian obligasi Rp 24,37 triliun, sukuk Rp 1,43 triliun dan MTN Rp 530 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News