kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Pefindo terus memantau SNP Finance


Senin, 21 Mei 2018 / 11:56 WIB
Pefindo terus memantau SNP Finance
ILUSTRASI. SNP Finance


Reporter: Umi Kulsum | Editor: Sofyan Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kasus gagal bayar bunga medium term notes (MTN) PT Sunprima Nusantara Pembiayaan (SNP Finance) hampir tak terendus. Pasalnya perusahaan Grup Columbia ini memiliki rating idA/stable dari PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo).

Rating tersebut dinaikkan pada Maret 2018. Di periode sebelumnya, Desember 2015-November 2017 SNP Finance mendapat rating idA-/stable. Namun pada Mei 2018, rating SNP Finance dipangkas hingga dua kali yakni idCCC/credit watch negative. Di bulan yang sama, Pefindo kembali menurunkan peringkat SNP menjadi idSD/selective default.

Penurunan rating sejalan dengan ketidakmampuan SNP Finance membayar bunga MTN. Saat ini, Pefindo terus memantau perkembangan dari kasus ini termasuk jadwal pembayaran kupon dan pokok MTN selanjutnya.

"Kami terus berupaya mengontak perusahaan untuk mendapatkan penjelasan dan kondisi terkini walaupun sampai saat ini belum ada tanggapan. Untuk informasi selanjutnya harap menunggu rilis dari Pefindo," ujar Financial Institution Ratings Director Pefindo Hendro Utomo, kepada KONTAN, Minggu (20/5).

Hendro mengatakan, peringkat yang diberikan kepada SNP Finance tersebut didasarkan pada laporan keuangan diterima Pefindo dari perusahaan. Laporan keuangan tersebut menunjukan pertumbuhan usaha yang baik dengan rasio keuangan yang masih terjaga dengan baik.

Merujuk rilis Pefindo pada 14 Mei 2018, total aset SNP Finance sejak 2014-2017 terus tumbuh. Dari sebelumnya Rp 2,93 triliun menjadi Rp 4,75 triliun di akhir tahun lalu. Sementara, cost to income terjaga dengan baik dari posisi 2014 sebesar 60,9% menjadi 57,7% di tahun 2017.

Kejadian ini diakui Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) mencoreng nama baik industri. Namun, APPI berharap kasus ini tidak dipukul rata ke seluruh industri pembiayaan.

Ketua APPI Suwandi Wiratno mengatakan, gagal bayar SNP Finance juga tidak akan mengurungkan minat multifinance menerbitkan obligasi. Beberapa perusahaan yang bersiap di antaranya, PT Astra Sedaya Finance dan PT Indomobil Finance.

"Kalau ditanya menahan, tentu tidak karena kebutuhan pendanaan masing-masing pemain berbeda. Tapi akan jadi sulit iya, karena akan banyak pertanyaan. Dari sisi ratingnya misalnya," ujar dia.

Dari sisi biaya dana, Suwandi tidak akan ada permintaan kupon lebih tinggi. Sebab, besaran kupon telah ditetapkan berdasarkan tingkat rating instrumen tersebut.

Direktur Utama PT Verena Multi Finance Tbk Andi Harjono mengakui, menunda menerbitkan MTN. "Kebutuhan dana saat ini masih bisa dipenuhi oleh bank rekanan Verena. Mungkin tunggu semester II," kata Andi.

Fixed Income Fund Manager Ashmore Asset Management Indonesia Anil Kumar pun percaya, investor sudah memilah dengan jeli. Sehingga kejadian ini tidak menjadi acuan investor menahan membeli MTN. Permintaan kupon menurut dia, akan berdasarkan tingkat fundamental perusahaan dan bukan karena kasus terjadi baru-baru ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×