Reporter: Febrina Ratna Iskana | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) akan segera dimulai pada tahun depan. Sejumlah pelaku industri tanah air tengah bersiap menghadapi pasar bebas di antara negara-negara Asean tersebut. Apalagi potensi pasar Indonesia masih menggiurkan bagi pelaku industri negara lain. Lalu bagaimana dengan pelaku industri asuransi? Beberapa di antaranya mengaku siap menghadapi MEA tahun depan.
Corporate Strategic Planning Division Head Adira Insurance, Hardianto Wirawan bilang, pihaknya siap menghadapi MEA tahun depan karena percaya pelaku industri lokal lebih mengerti pasar dibandingkan perusahaan asing.
"Dari kacamata pasar ritel, saya masih percaya kekuatan lokal masih kental. Seandainya asing masuk, tidak bisa bawa gaya asing, harus disesuaikan dengan gaya lokal. Secara pasar ritel orang kita lebih siap," ujar Hardianto.
Hardianto menambahkan, Indonesia juga punya modal yang cukup dalam menghadapi MEA seperti penetrasi pasar asuaransi yang masih sedikit dan tersedianya sumber daya manusia yang mumpuni dan mengerti budaya dan cara berbisnis di pasar lokal.
"Saya masih percaya secara kelokalan kita lebih mengenal budaya sekitar. Cara orang kita berbisnis, cara orang kita berpikir, kelokalannya masih lebih kental,"kata Hardianto.
Presiden Direktur PT Asuransi Mitra Maparya, Joseph D. Angkasa bilang, pihaknya juga siap menghadapi MEA. "Mau tidak mau harus siap. Saya melihatnya positif saja, mau tahun depan atau yang akan datang itu semua tergantung bagaimana masing-masing pelaku industri asuransi melakukan persiapan," kata Joseph.
Joseph menambahkan hingga saat ini pihaknya tidak melakukan persiapan khusus. Untuk menghadapi MEA, pihaknya hanya hanya berusaha untuk terus menguatkan kerjasama dengan rekanan bisnis dan memberikan pelayanan yang lebih baik bagi nasabah.
Biarpun begitu, di tengah kesiapan pelaku industri asuransi dalam menghadapi MEA, ternyata masih terselip sedikit kekhawatiran. "Di sisi korporasi ada sedikit gangguan karena asing pasti bawa kapasitas yang besar dari sisi pemodalan dan back up asuransi. Produk-produk korporasi yang dibawa pun dalam kapasitas yang besar, itu yang perlu dikhawatirkan,"ujar Hardianto.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News