kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.305.000   6.000   0,26%
  • USD/IDR 16.611   26,00   0,16%
  • IDX 8.227   -30,66   -0,37%
  • KOMPAS100 1.122   -5,50   -0,49%
  • LQ45 788   -5,60   -0,71%
  • ISSI 295   -0,19   -0,06%
  • IDX30 412   -3,20   -0,77%
  • IDXHIDIV20 463   -4,41   -0,94%
  • IDX80 124   -0,46   -0,37%
  • IDXV30 132   -1,19   -0,89%
  • IDXQ30 129   -0,73   -0,56%

Pelemahan Pasar Otomotif Tekan Proyeksi Pertumbuhan Industri Multifinance


Senin, 13 Oktober 2025 / 16:04 WIB
Pelemahan Pasar Otomotif Tekan Proyeksi Pertumbuhan Industri Multifinance
ILUSTRASI. Penjualan mpbil di sebuah pusat perbelanjaan di Jakarta, Jumat (26/9/2025). Pelemahan pasar otomotif terus menekan laju industri pembiayaan. Bahkan, Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) telah merevisi proyeksi pertumbuhan industri tahun 2025 menjadi hanya 6%-8%. KONTAN/Baihaki/26/9/2025


Reporter: Aulia Ivanka Rahmana | Editor: Putri Werdiningsih

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pelemahan pasar otomotif terus menekan laju industri pembiayaan. Bahkan, Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) telah merevisi proyeksi pertumbuhan industri tahun 2025 menjadi hanya 6%-8%.

Sebelumnya, APPI memproyeksikan industri perusahaan multifinance bisa tumbuh mencapai 8%-10% pada 2025. Menyikapi hal ini, sejumlah pemain multifinance mulai bersikap hati-hati.

Terlebih, Data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mencatat penjualan mobil Agustus 2025 kembali turun 19% secara wholesales menjadi 61.780 unit, dan ritel terkoreksi 13,4% menjadi 66.478 unit dibandingkan periode sama tahun lalu.

Baca Juga: Jelang Merger, Adira Finance (ADMF) dan Mandala Finance (MFIN) Tawarkan Buyback Saham

Mengenai hal tersebut, PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk  atau Adira Finance (ADMF) telah menyesuaikan target kinerja tahun ini seiring dengan pelemahan pasar otomotif nasional.

Direktur Keuangan Adira Finance, Sylvanus Gani mengatakan, perusahaan kini memproyeksikan pertumbuhan penyaluran pembiayaan baru hanya akan berada di kisaran low single digit pada tahun ini.

"Adira Finance secara aktif memantau kondisi pasar untuk memastikan strategi bisnis dan target yang ditetapkan tetap relevan dengan perubahan dinamika ekonomi," kata Gani kepada Kontan, Jumat (10/10/2025).

Ia menambahkan, perusahaan siap melakukan penyesuaian target maupun strategi bisnis apabila diperlukan, guna menjaga daya saing dan mempertahankan kinerja yang optimal di tengah perubahan kondisi pasar.

Namun, Gani menegaskan perlambatan kinerja tidak hanya dipengaruhi oleh penurunan penjualan kendaraan, tetapi juga oleh melemahnya daya beli masyarakat. Pemulihan ekonomi yang belum merata membuat konsumen lebih berhati-hati dalam melakukan pembelian barang tahan lama, termasuk kendaraan bermotor.

“Konsumen cenderung menunda pembelian kendaraan karena memprioritaskan kebutuhan pokok. Selain itu, persaingan dengan perbankan dan kehadiran pemain digital seperti fintech serta layanan Buy Now Pay Later (BNPL) turut menekan industri multifinance,” ungkapnya.

Untuk tetap mempertahankan pangsa pasar, Adira Finance berupaya untuk memperkuat layanan digital dan meningkatkan efisiensi operasional.

Hingga September 2025, Adira Finance telah menyalurkan pembiayaan baru sebesar Rp 26,4 triliun. Segmen otomotif masih menjadi penopang utama dengan kontribusi 73% dari total pembiayaan, sementara 27% sisanya berasal dari segmen non-otomotif.

Baca Juga: CNAF Catat Pembiayaan Syariah Rp 2,15 Triliun hingga Kuartal III-2025

Sementara itu, PT CIMB Niaga Auto Finance (CNAF) memilih untuk tidak melakukan revisi target pembiayaan tahun 2025. Presiden Direktur CNAF, Ristiawan Suherman menegaskan dapat mencapai target penyaluran pembiayaan baru sebesar Rp 9,5 triliun sesuai dengan rencana bisnis tahunan.

"CNAF belum ada rencana untuk melakukan penyesuaian target yang telah dicanangkan. Sampai saat ini, kami tetap optimistis untuk mencapai target pembiayaan baru sebesar Rp 9,5 triliun," jelasnya kepada Kontan, Jumat (10/10/2025).

Sependapat, ia mengakui tahun ini menjadi periode yang cukup menantang bagi sektor otomotif dan pembiayaan karena ketidakstabilan kondisi makroekonomi dan daya beli masyarakat yang masih lemah sejak akhir 2024. Faktor tersebut dinilai menjadi pemberat kinerja industri hingga kuartal III-2025.

"Daya beli masyarakat yang belum pulih membuat sebagian konsumen menunda pembelian kendaraan. Kondisi ini turut menekan pertumbuhan pembiayaan baru di industri," lanjutnya.

CNAF masih berhasil mencatat pertumbuhan positif. Hingga kuartal III-2025, perusahaan telah menyalurkan pembiayaan baru sebesar Rp 7,27 triliun, atau tumbuh 3% dibandingkan periode yang sama tahun lalu senilai Rp 7,08 triliun.

Ristiawan bilang, fokus utama CNAF tetap pada tiga lini bisnis, yakni pembiayaan kendaraan baru, kendaraan bekas, serta fasilitas dana (refinancing). Dalam menghadapi kondisi pasar yang menantang, perusahaan menerapkan strategi selektif dalam analisis calon nasabah guna menjaga kualitas aset dan pertumbuhan yang berkelanjutan.

Baca Juga: Akulaku Finance: Bisnis Paylater Berpotensi Jadi Sumber Pertumbuhan Baru Multifinance

PT Akulaku Finance Indonesia optimistis menatap kinerja positif di sepanjang tahun ini. Perusahaan pembiayaan berbasis digital tersebut menilai capaian bisnisnya masih sesuai target sehingga belum perlu melakukan revisi rencana kerja.

Direktur Keuangan Akulaku Finance, Aan Setiawandi, menyampaikan bahwa lini bisnis paylater masih menunjukkan pertumbuhan yang kuat dengan kenaikan double digit hingga kuartal III-2025.

“Pertumbuhan bisnis paylater di Akulaku bertumbuh sangat baik dan sesuai dengan target yang diharapkan. Sehingga perusahaan melihat pencapaian bisnis ini masih sesuai dan tidak perlu dilakukan revisi target,” ujar Aan kepada Kontan, Selasa (8/10/2025).

Aan mengakui bahwa secara umum industri pembiayaan menghadapi tantangan, terutama akibat penurunan penjualan kendaraan roda empat. Kondisi tersebut dipicu oleh pelemahan daya beli konsumen yang berdampak terhadap pertumbuhan pembiayaan kendaraan.

Kendati demikian, Akulaku Finance mengklaim penyaluran pembiayaan perusahaan tumbuh double digit. Sayangnya, ia tak merinci besaran jumlahnya.

Aan bilang, kinerja perusahaan pembiayaan sangat dipengaruhi oleh kondisi makroekonomi, termasuk daya beli masyarakat. Karena itu, manajemen juga fokus mengoptimalkan biaya dana (cost of fund), biaya kredit, serta biaya operasional lainnya untuk menjaga efisiensi dan profitabilitas perusahaan.

Selanjutnya: Harga Tiket Wisata Malam Taman Margasatwa Ragunan, Cek Jadwal & Kegiatannya

Menarik Dibaca: 15 Manfaat Daun Kelor bagi Kesehatan Tubuh yang Jarang Diketahui

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Video Terkait



TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×