Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Peluang yang ada di bisnis fintech agregator tampaknya mulai dilirik. Hal tersebut terbukti dari pertumbuhan jumlah pemain yang mulai masuk dalam bisnis ini.
Dilihat dari data Asosiasi Fintech Indonesia (Aftech), jumlah pemain fintech agregator pada tahun 2019 berjumlah 18 penyelenggara dan di tahun 2020 sempat berkurang menjadi 13 penyelenggara. Sementara, per Oktober 2021 ini jumlahnya mencapai 31 penyelenggara.
Tak hanya itu, fintech klaster agregator menjadi yang klaster Inovasi Keuangan Digital (IKD) dari OJK yang memiliki populasi terpadat. Dari 88 penyelenggara IKD berarti kontribusi klaster agregator sekitar 35%
Terbaru, Telkomsel mulai terjun masuk ke klaster ini dengan meluncurkan Telkomsel Klop! pada November lalu. Untuk tahap awal, mereka baru menargetkan untuk pengguna Telkomsel saja yang saat ini telah memiliki 173 juta pengguna.
Baca Juga: Modal ventura siapkan target pendanaan tahun depan
General Manager Financial Business Telkomsel Akhmad Fandhia Roesyidi menyebutkan, tujuan dari Telkomsel masuk ke bisnis ini karena melihat kurangnya literasi masyarakat dan gap kebutuhan kredit masyarakat yang besar.
Hal tersebut terlihat dari survei internal Telkomsel yang menyebut 4 dari 10 orang melakukan pinjaman dari pinjaman online dan 20% nya melakukan pinjaman di platform pinjol ilegal.
“Untuk end konsumen, kita bisa mem-provide informasi yang sudah kita kurasi, kita bisa mem-provide pilihan-pilihan terbaik finansial service provider yang memang legal dari OJK, baik itu bank, multifinance, atau P2P lending,” ujar Fandhi, beberapa waktu lalu.
Jonathan Bryan, CMO KoinWorks, sebagai penyelenggara fintech aggregator juga memiliki pandangan lain terkait kebutuhan masyarakat terhadap klaster ini. Ia melihat saat ini problem yang dihadapi masyarakat dalam menggunakan produk finansial, yaitu ribet, sehingga hal tersebut bisa diatasi dengan adanya agregator ini.
“Contoh simpel adalah pada saat pengguna ingin menyimpan emas dan berinvestasi dengan P2P lending harus mempunyai 2 aplikasi yang berbeda dan akhirnya user tidak bisa melihat secara agregat tentang profil keuangannya,” ujar Jon kepada KONTAN, Kamis (9/12).
Saat ini, KoinWorks menyediakan berbagai macam layanan finansial mulai dari P2P lending (KoinP2P), Digital Gold Saving (KoinGold), AI Based P2P Investment (KoinRobo), Govt. Bonds (KoinBond), Business Loan (KoinBisnis), Invoice Financing (KoinInvoice), Student Loan (KoinPintar), sampai kepada Early Wage Access / EWA (KoinGaji).
Baca Juga: Modal Rakyat menyalurkan pinjaman produktif Rp 2,96 triliun hingga November 2021
Jon pun bilang bahwa dengan produk dan kegiatan finansial yang hanya perlu 1 aplikasi ini membuat jumlah pengguna KoinWorks telah mencapai 1,2 juta pengguna. Tahun depan, ia pun menargetkan jumlah pengguna KoinWorks bisa mencapai 5 juta pengguna.
Meskipun demikian, Senior Policy Associate Asosiasi Fintech Indonesia (Aftech) Sofwan Hakim mengingatkan meskipun memberikan kemudahan, tetap ada risiko dari fintech aggregator ini, antara lain keamanan data konsumen dan tindakan pencucian uang.
Oleh karenanya, ia mengimbau pelaku industri untuk tetap melakukan peraturan dari regulator baik itu OJK maupun Lembaga Jasa Keuangan lainnya yang berkaitan dengan Inovasi Keuangan Digital.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News