Reporter: Christine Novita Nababan | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. Rencana pemerintah untuk membatasi penggunaan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi mulai 1 Januari 2011 mendatang, terutama bagi kendaraan roda empat produksi tahun 2005 ke atas, diyakini tidak akan mengguncang industri pembiayaan.
BCA Finance, salah satunya. Presiden Direktur BCA Finance Roni Haslim mengungkapkan, pertumbuhan pembiayaan kendaraan di tahun depan akan terus melambung. “Bahkan, penyaluran pembiayaan bakal tumbuh sedikitnya 20% di 2011,” ujarnya kepada KONTAN, Selasa (23/11).
Optimisme ini, lanjut Roni, lahir menyusul masih tingginya permintaan terhadap pembiayaan kendaraan roda empat. Yang artinya, peluang pasarnya masih cukup besar untuk digarap.
Di samping itu, kondisi keuangan konsumen pembiayaan kendaraan roda empat, terutama untuk produksi tahun terbaru, lebih mantap. “Jadi, perbedaan harga kebutuhan BBM rasanya tidak akan terlalu berpengaruh,” imbuh Roni.
Asal tahu saja, dari target penyaluran pembiayaan sebesar Rp 13,5 triliun di sepanjang tahun ini, Roni membidik pertumbuhan pembiayaan sebanyak 20% di 2011 nanti. Walau demikian, dia tidak menampik, bakal terjadi shocking-market dalam jangka pendek bila peraturan pembatasan BBM bersubsidi diberlakukan.
Tak jauh berbeda, Presiden Direktur Sinar Mitra Sepadan (SMS Finance) Rudyanto Somawihardja malah memastikan, larangan penggunaan BBM bersubsidi bagi kendaraan roda empat produksi tahun terbaru tidak akan mengganggu bisnis yang dijalankannya. Maklum, SMS Finance fokus pada lini penyaluran kredit kendaraan roda empat bekas (used car).
“Pun, kalau perusahaan menyalurkan pembiayaan mobil bekas tahun 2005 ke atas, tentu konsumen tersebut memiliki perhitungan yang matang dengan kondisi keuangan yang matang pula,” katanya.
Sekadar informasi, pembiayaan SMS Finance sendiri lebih banyak mengalir pada kendaraan roda empat produksi tahun 2005 ke atas sebanyak 70%. Sisanya, merupakan mobil produksi tahun 2005 ke bawah sebanyak 30%.
Di 2011, Rudyanto menuturkan, pihaknya tetap optimistis mematok pertumbuhan pembiayaan sebanyak 20% atau menjadi Rp 5 triliun dari target tahun ini sebesar Rp 3,5 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News