Reporter: Christine Novita Nababan | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Ada gula, ada semut. Pameo ini sepertinya tepat menggambarkan aktivitas usaha asuransi jiwa kredit yang berkiblat pada penyaluran kredit perbankan. Semakin banyak kredit yang mengucur, semakin banyak premi yang dikantongi perusahaan asuransi untuk menutup risiko jiwa para debitur.
Hal itu yang dialami PT Asuransi Takaful Keluarga. Perusahaan asuransi jiwa murni syariah ini sempat memetik manisnya premi asuransi jiwa kredit (credit life) dari aliran kredit perbankan. Namun, bisnis tersebut mengalami tantangan berat sejak awal tahun ini akibat perlambatan pertumbuhan kredit bank.
Tak tanggung-tanggung, premi credit life Takaful Keluarga menyusut sampai 50% hingga pertengahan tahun ini. “Karena, pengereman kredit perbankan, produk credit life kami terkena dampaknya. Yakni dari Rp 150 miliar di sepanjang tahun lalu, menjadi hanya Rp 25 miliar per Juni ini,” terang Ronny Ahmad Iskandar, Direktur Utama Takaful Keluarga, akhir pekan lalu.
Produk credit life Takaful Keluarga merupakan satu dari tiga produk yang didistribusikan melalui kerja sama bank (bancassurance). Produk ini sendiri dijual di hampir seluruh bank syariah nasional. Kendati premi produk credit life langsing, secara keseluruhan, dana tabarru dari produk-produk lainnya sudah melampaui Rp 100 miliar.
Walhasil, Takaful Keluarga masih membukukan surplus dana tabarru pada pertengahan tahun ini, yakni sebesar Rp 40 miliar. Padahal, surplus dana tabarru di sepanjang tahun lalu hanya tercatat Rp 31 miliar. Perseroan menargetkan mengantongi pertumbuhan premi sebesar 25% hingga akhir tahun nanti.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News