Reporter: Nadya Zahira | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pengamat mengungkapkan sejumlah penyebab pembiayaan Buy Now Pay Later (BNPL) atau paylater perusahaan pembiayaan terus meningkat setiap bulannya.
Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda mengatakan hal tersebut karena selama ini masih ada credit gap atau kesenjangan kredit di Indonesia, sehingga permintaan untuk BNPL dan pembiayaan alternatif lainnya akan tetap tumbuh positif.
“Terlebih, selama ini permintaan untuk pembiayaan tetap tumbuh seiring dengan bertumbuhnya konsumsi rumah tangga dan kebutuhan. Kemudian, meningkatnya pembiayaan BNPL juga karena semua masyarakat tidak dapat dilayani oleh perbankan untuk mendapatkan pembiayaan,” kata Nailul kepada Kontan, Selasa (11/2).
Baca Juga: OJK: Paylater Perbankan Tak Jadi Hambatan bagi BNPL Perusahaan Pembiayaan
Dengan begitu, Nailul melihat bahwa masyarakat lebih tertarik pada BNPL multifinance dibandingkan dengan kartu kredit lantaran proses pembuatan kartu kredit memakan waktu yang lama, dan ketidakpastian penerimaan membuat orang malas untuk mengurusnya.
“Apalagi masyarakat muda di Indonesia ini malas berhadapan dengan proses seperti ini. Kita juga dihadapkan pada kondisi di mana masyarakat Indonesia juga lebih memilih transaksi menggunakan gawai,” ungkapnya.
Untuk itu, Nailul memprediksi bahwa persaingan bisnis dalam ekosistem BNPL akan semakin beragam pada tahun 2025. Hal ini lantaran layanan BNPL juga dimiliki oleh lembaga keuangan lainnya seperti perbankan. Terlebih, sejumlah bank besar di Indonesia juga sudah menyediakan layanan ini.
“Saat ini perbankan juga sudah mulai menjual produk BNPL untuk nasabah mereka. BNPL dari perbankan bisa menjadi pengganti kartu kredit yang tengah menurun pertumbuhannya,” ungkapnya.
Baca Juga: Pembiayaan BNPL Tumbuh 37% 2024, Begini Prospeknya di 2025
Dengan begitu, dia memprediksi bahwa pasar akan semakin berubah dan beralih ke transaksi yang menggunakan aplikasi atau mobile device. Selain itu, Nailul memprediksi bahwa pada tahun-tahun selanjutnya, layanan BNPL akan semakin banyak digunakan.
Namun, Nailul bilang, harus diwaspadai untuk Non Performing Financing (NPF) atau tingkat kredit macet yang kemungkinan bisa melonjak seiring dengan meningkatnya penyaluran pembiayaan BNPL. Terutama untuk BNPL dari perusahaan pembiayaan dan pinjaman daring.
“Potensi gagal bayar meningkat pasti membesar seiring dengan pertumbuhan positif BNPL. Bagi BNPL perbankan nampaknya akan sedikit lebih baik dalam menjaga gagal bayar karena data yang digunakan dan nasabahnya juga sudah tertarget dari nasabah perbankan mereka sendiri,” kata dia.
Sebagai informasi, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat kinerja pembiayaan Buy Now Pay Later (BNPL) atau paylater perusahaan pembiayaan mencapai sebesar Rp 6,82 triliun per Desember 2024. Angka ini tumbuh 37,6% secara year on year (YoY).
Selanjutnya: Rayakan Cap Go Meh, Mercedes-Benz Hadirkan Program Eksklusif di Seluruh Dealer
Menarik Dibaca: Matcha dan 4 Minuman untuk Mencegah Jerawat, Tertarik Coba?
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News