Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rencana penggabungan usaha PT Bank Pembangunan Daerah Banten Tbk (BEKS) dengan PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat (BJBR) bakal menguntungkan keuangan Provinsi Banten. Sebab, jika upaya penyelamatan Bank Banten dilakukan mandiri, Pemprov Banten butuh merogoh kocek APBD cukup dalam.
“Pemprov Banten dari awal berupaya mempertahankan Bank Banten. Kalau melalui suntikan APBD, kami harus siapkan dana Rp 2,8 triliun,” kata Gubernur Banten Wahidin Halim dalam keterangan resmi, Senin (25/4).
Nilai tersebut sejatinya tak kecil, setara lebih dari 20% APBD Banten 2020 senilai Rp 13,214 triliun. Adapun penyertaan modal daerah (PMD) dialokasikan Pemprov Banten dalam APBD 2020 senilai Rp 50 miliar.
Baca Juga: Istana campur tangan dalam merger Bank BJB dan Bank Banten
Mengutip pernyataan Gubernur Halim November 2019 lalu, usai menerima persetujuan APBD dari DPRD, alokasi PMD tersebut tidak memperhitungkan penyertaan modal kepada PT Banten Global Development (BGD), BUMD Pemprov Banten yang juga pemegang saham pengendali Bank Banten.
“Alokasinya akan ada di APBD-P 2020 sambil menunggu kondisi terakhir Bank Banten. Karena yang bertanggung jawab adalah BGD, Bank Banten anak perusahaan BGD, bukan Gubernur,” sambung dia.
Merogoh kocek hingga Rp 2,8 triliun memang terlampau mahal jika dibandingkan dengan ongkos yang dikeluarkan saat mengakuisisi Bank Banten pada 2016 yang masih bernama Bank Pundi. BGD mengucurkan dana Rp 619,49 miliar untuk membeli Bank Pundi dari Recapital Group, perusahaan kongsi Sandiaga Uno dan Roeslan P. Roeslani.
Kinerja Bank Pundi pun sejatinya sangat buruk kala itu. Sepanjang 2010-2015, Bank Pundi cuma dua kali mencatatkan untung pada 2012, dan 2013. Perusahaan ini juga terus dibebani kredit macet yang tinggi, rasionya bahkan pernah mencapai 50,96% pada 2010, setelahnya juga selalu berada di atas 6%. Ini yang bikin capital adequacy ratio (CAR) Bank Banten terus merosot. Sebelum dilego ke BDG, CAR Bank Pundi mencapai 8,02%.
Baca Juga: Bank BJB Catatkan Laba Bersih Sebesar Rp418 Miliar
Sialnya, BGD juga kesulitan mendongkrak kinerja Bank Banten. Sejak 2016 hingga tahun lalu, Bank Banten sama sekali tak pernah meraih untung. Rasio kredit macet juga selalu berada di atas 5%, sementara rasio kecukupan modal dan modal inti terus tergerus. Maklum pascaakuisisi, Pemprov Banten memang tak pernah lagi menyertakan modal. Pada 2019 CAR sebesar 9,01%, sedangkan modal inti tersisa Rp 154,13 miliar.
“Saya sudah sampaikan ke berbagai pihak untuk menyelamatkan Bank Banten dan ini semua OJK telah memfasilitasinya. Upaya lain juga sudah dilakukan, bulan (Maret) lalu saya menemui Direktur BJB Syariah agar bisa merger untuk membentuk Bank Syariah,” lanjut Wahidin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News