Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
Merogoh kocek hingga Rp 2,8 triliun memang terlampau mahal jika dibandingkan dengan ongkos yang dikeluarkan saat mengakuisisi Bank Banten pada 2016 yang masih bernama Bank Pundi. BGD mengucurkan dana Rp 619,49 miliar untuk membeli Bank Pundi dari Recapital Group, perusahaan kongsi Sandiaga Uno dan Roeslan P. Roeslani.
Kinerja Bank Pundi pun sejatinya sangat buruk kala itu. Sepanjang 2010-2015, Bank Pundi cuma dua kali mencatatkan untung pada 2012, dan 2013. Perusahaan ini juga terus dibebani kredit macet yang tinggi, rasionya bahkan pernah mencapai 50,96% pada 2010, setelahnya juga selalu berada di atas 6%. Ini yang bikin capital adequacy ratio (CAR) Bank Banten terus merosot. Sebelum dilego ke BDG, CAR Bank Pundi mencapai 8,02%.
Baca Juga: Bank BJB Catatkan Laba Bersih Sebesar Rp418 Miliar
Sialnya, BGD juga kesulitan mendongkrak kinerja Bank Banten. Sejak 2016 hingga tahun lalu, Bank Banten sama sekali tak pernah meraih untung. Rasio kredit macet juga selalu berada di atas 5%, sementara rasio kecukupan modal dan modal inti terus tergerus. Maklum pascaakuisisi, Pemprov Banten memang tak pernah lagi menyertakan modal. Pada 2019 CAR sebesar 9,01%, sedangkan modal inti tersisa Rp 154,13 miliar.
“Saya sudah sampaikan ke berbagai pihak untuk menyelamatkan Bank Banten dan ini semua OJK telah memfasilitasinya. Upaya lain juga sudah dilakukan, bulan (Maret) lalu saya menemui Direktur BJB Syariah agar bisa merger untuk membentuk Bank Syariah,” lanjut Wahidin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News