Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perusahaan financial tecnology (fintech) sudah mulai merambah bisnis remitansi atau jasa pengiriman uang lintas negara. Kehadiran fintech tersebut mulai menekan bisnis remitansi perbankan.
Pendapatan fee atau fee based income (FBI) bank dari bisnis itu jadi tumbuh melambat akibat meningkatnya persaingan.
PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) pada tahun 2019 berhasil membukukan FBI dari layanan remitansi sebesar Rp 139 miliar. Capaian itu memang masih tumbuh 7% secara year on year (YoY). Namun, pertumbuhan tersebut melambat dari tahun 2018 yang berhasil tumbuh 14% YoY.
Baca Juga: Bank Mandiri sebut kebijakan baru BI bisa memperkuat likuiditas di pasar
SVP Retail Deposit Product & Solution Bank Mandiri Muhamad Gumilang mengakui bahwa melambatnya pertumbuhan itu salah satunya disebabnya meningkatnya persaingan dengan kehadiran fintech.
"Salah satunya iya (dampak fintech), impactnya ke industri worldwide sebenarnya, bukan hanya Indonesia dan bukan hanya Bank Mandiri," katanya pada KONTAN, Selasa (3/3).
Bank Mandiri melihat tantangan bisnis remitansi masih besar. Selain meningkatnya persaingan, merebaknya wabah virus corona juga jadi tantangan bisnis itu.
Gumilang mengatakan, transaksi rata-rata remitansi bank ini pada bulan Januari turun 6% jika dilihat per negara. Sementara transaksi dari daratan Tiongkok dan Hong Kong turun 20%. Dua daerah tersebut terdampak dari virus COVID-19.
Dengan tantangan itu, Bank Mandiri hanya mematok target pertumbuhan 5%-10% tahun ini. "Range target di tahun 2020 cukup lebar untuk mengantisipasi kemungkinan perlambatan yang terjadi," kata Gugie.
Baca Juga: Pasar saham bergejolak, divestasi Vale Indonesia (INCO) oleh MIND ID tetap bergulir
Namun, dia masih optimis bisa tumbuh lebih tinggi dari tahun lalu melalui berbagai inisiatif yang disiapkan Bank Mandiri. Salah satunya, bank akan berkolaborasi dengan beberapa fintech.