Reporter: Tendi Mahadi | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Proses spin-off beberapa unit usaha syariah perbankan dianggap belum menunjukkan perubahan yang berarti. Proses perizinan dinilai menjadi salah satu penyebab utama.
Salah satunya spin-off BTN Syariah seiring merger dengan Bank Victoria Syariah (BVIS). Direktur Center Banking Crisis, Deni Daruri mengkhawatirkan kehadiran bank umum syariah (BUS) hasil merger BTN Syariah dengan BVIS kehilangan momentum jika terlalu banyak prosedural yang harus dilalui dalam pemenuhan izin dari regulator.
Deni mengakui proses tersebut harus dilakukan dengan tata kelola yang baik. Namun, dia berharap agar prosesnya tidak berbelit-belit.
Ia menilai sudah ada dorongan untuk restrukturisasi UUS BTN dengan model spin off. "Persetujuan pemerintah sudah ada sejak Mei 2025, artinya sudah tiga bulan prosesnya belum kelihatan hasil”, kata Deni dalam keterangannya, Kamis (7/8).
Baca Juga: Penyaluran Pembiayaan Bank BJB Syariah Capai Rp 1,09 Triliun pada Semester I-2025
Sementara itu, Direktur Infrastruktur Ekosistem Syariah Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) Sutan Emir Hidayat mengatakan kehadiran BUS tersebut diyakini bakal semakin mewarnai perkembangan industri perbankan syariah nasional.
Pasalnya, calon BUS baru ini dinilai memiliki pengalaman dan pengetahuan yang mumpuni dalam pembiayaan perumahan berprinsip syariah serta layanan perbankan lainnya yang dibutuhkan masyarakat.
Ini berdasarkan positioning BTN Syariah yang telah menguasai 28% pangsa pasar pembiayaan perumahan berbasis syariah nasional per Oktober 2024.
“BTN Syariah akan bermetamorfosis menjadi bank syariah baru yang kekuatannya tidak akan kalah dari pemain besar yang mendominasi perbankan syariah nasional seperti Bank Syariah Indonesia (BSI)," katanya.
Selanjutnya: Permintaan Dolar AS Diproyeksikan Meningkat, Ekonom Beberkan Pemicunya
Menarik Dibaca: 6 Manfaat Konsumsi Protein untuk Menurunkan Berat Badan secara Alami
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News