Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Mengingat nilai kerugiannya yang juga besar. "Menimbang nilainya yang begitu besar, implikasi politik sudah pasti juga besar. Apalagi solusi untuk keduanya menurut saya tidak bisa tidak harus ada bailout dari pemerintah," ungkap Piter.
Sebelumnya diberitakan, Asabri dan Jiwasraya salah mengelola penempatan dana. Kabarnya, portofolio saham milik Asabri anjlok hingga 90%. Kerugiannya pun disebut-sebut mencapai lebih dari Rp 10 triliun. Ditelusuri, penyebab ambruknya kinerja dua BUMN ini karena pengelolaan penempatan dana investasi.
Baca Juga: Menilik Portofolio Saham Asabri yang Tidak Layak Jadi Pilihan premium
Baik Jiwasraya maupun Asabri, sama-sama tersandung saham berisiko tinggi. Hingga November 2019, berdasarkan Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), Asabri punya portofolio di 14 saham dengan kepemilikan di atas 5%. Sementara Jiwasraya, aset berupa saham pada Desember 2017 tercatat sebesar Rp 6,63 triliun, menyusut drastis menjadi Rp 2,48 triliun pada September 2019.
Yang paling parah, terjadi pada aset yang ditempatkan di reksa dana, dimana pada Desember 2017 tercatat sebesar Rp 19,17 triliun, nilainya anjlok menjadi Rp 6,64 triliun pada September 2019.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kasus Asabri Lebih Sensitif dan Punya Implikasi Politik yang Tinggi"
Penulis : Fika Nurul Ulya
Editor : Bambang Priyo Jatmiko
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News