Reporter: Dityasa H Forddanta |
JAKARTA. Krisis ekonomi di Eropa belum akan tuntas tahun depan. Hal itu bakal berimbas pada pasar modal domestik. Meski begitu, penerbitan obligasi diyakini lebih ramai dibandingkan tahun ini. Penyebabnya, semakin banyak perusahaan yang mengandalkan pencarian dana segar melalui surat utang. Otomatis, bisnis penjaminan emisi menjadi lebih semarak.
Di sisi lain, krisis Eropa memang telah mempengaruhi kinerja pasar modal di Indonesia sejak dua tahun terakhir ini. Gejolak di bursa saham membuat para investor cemas berinvestasi di berbagai instrumen keuangan.
Meski begitu, emisi obligasi korporasi sepanjang Januari hingga pertengahan Oktober tahun ini sudah melebihi nilai penerbitan sepanjang tahun lalu. PT Indo Premier Securities (IPS) mendata, ada 56 penerbitan obligasi korporasi pada periode itu senilai Rp 51,07 triliun. Sedangkan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) menghitung, nilai emisi obligasi korporasi tahun lalu Rp 45,74 triliun dari 37 perusahaan.
"Tahun depan, kondisi eksternal masih sama, terpengaruh krisis Eropa, tapi total issue obligasi lebih besar dari tahun ini," kata Handy Yunianto, Head of Fixed Income Research PT Mandiri Sekuritas, akhir pekan lalu.
Handy memperkirakan, nilai emisi obligasi korporasi tahun depan bisa melebihi Rp 50 triliun. Namun, Indonesia Bond Pricing Agency, dalam situs resminya malah menghitung, penerbitan obligasi korporasi pada tahun depan bakal menembus Rp 60 triliun.
Seto Wardono, Ekonom Senior PT Indo Premier Securities (IPS) pun sependapat. Menurutnya, penerbit obligasi korporasi pada tahun depan bakal didominasi dari industri multifinance. Maklum, laju perusahaan pembiayaan mengeluarkan obligasi sepanjang tahun ini sedikit terhambat oleh aturan uang muka atau down payment (DP) sebesar 20%-25%.
Nah, pada tahun depan, masyarakat mulai bisa beradaptasi dengan aturan baru di industri multifinance itu. Apalagi pendapatan per kapita akan naik sehingga daya beli kembali meningkat. "Permintaan kredit untuk kendaraan bermotor bakal makin banyak, sehingga perusahaan pembiayaan harus memperkuat pendanaan, salah satunya dengan penerbitan obligasi," ujar Seto.
Pendapatan naik
Handy menambahkan, ramainya penerbitan obligasi korporasi tahun depan juga disebabkan banyaknya surat utang yang jatuh tempo. Nilai surat utang yang jatuh tempo sekitar Rp 22 triliun. Biasanya, perusahaan akan kembali menjual surat utang untuk membayar obligasi jatuh tempo sekaligus memperbesar pendanaan ekspansi usaha.
Bercermin pada proyeksi tersebut, perusahaan sekuritas bakal panen pendapatan dari bisnis penjaminan emisi obligasi. Handy menyebut, pendapatan Mandiri Sekuritas dari komisi penjaminan emisi tahun depan akan lebih besar dibandingkan 2012. Hingga September 2012, sekuritas ini baru mengantongi pendapatan penjaminan emisi dan penjualan efek Rp 38,31 miliar. Ini merosot tajam dibandingkan periode sama tahun lalu yang sebesar Rp 172,33 miliar.
Sedangkan Indo Premier paling sibuk di bisnis penjaminan emisi obligasi korporasi tahun ini (lihat tabel). Alhasil, pendapatan jasa penjaminan emisi dan penjualan efek hingga kuartal III 2012 mencapai Rp 16,38 miliar atau tumbuh 69%.
Namun ada satu hal yang perlu diwaspadai. Beberapa waktu lalu, bank sentral Eropa alias European Central Bank (ECB) memprediksi perekonomian Eropa akan menguat pada 2013. Hal itu berpotensi menaikkan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI rate) tahun depan. Menurut Handy, BI rate yang sekarang terbilang rendah, sebesar 5,75%. Itu merupakan imbas krisis Eropa yang menekan suku bunga global.
Nah, bila suku bunga merangkak naik, maka kupon obligasi juga semakin besar. Hal tersebut bisa mengurangi minat perusahaan mengeluarkan surat utang. n
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News