Reporter: Amanda Christabel | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah masih terus berupaya meredam laju penyebaran Covid-19, salah satunya adalah dengan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) di berbagai daerah yang perpanjangannya dilakukan secara bertahap.
Meskipun demikian, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatatkan bank pembangunan daerah (BPD) berhasil membukukan pertumbuhan kredit hingga 6,04% year on year (yoy) menjadi Rp 498,6 triliun Per Juli 2021.
PPKM secara tidak langsung memberikan dampak pada kualitas kredit di PT Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan dan Barat, atau Bank Sulselbar. Hal ini ditunjukkan dengan posisi non performing loan (NPL) per Juli 201 mengalami kenaikan 0,02% dibandingkan Juni 2021. “Posisi NPL bulan Juni 2021 berada di posisi 0,82% sedangkan per Juli 2021 mengalami kenaikan menjadi 0,84%,” ujar Direktur Utama Bank Sulselbar, Amri Mauraga kepada KONTAN, Selasa (31/8).
Per Juli 2021, sudah terdapat 742 debitur dengan total besaran Rp 573 miliar debitur di Bank Sulselbar yang telah dilakukan restrukturisasi Covid-19.
Baca Juga: Tetap salurkan kredit saat pandemi, rasio RIM Bank Mandiri capai 82,6% pada Juni
Menurut Amri, realisasi kredit di Bank Sulselbar masih on track sesuai dengan target rencana bisnis bank (RBB), sampai akhir tahun 2021 diproyeksikan akan mengalami pertumbuhan sebesar 8-9% secara year on year (yoy).
“Bank Sulselbar memiliki captive market yang sangat besar di segmen kredit konsumer, dan merupakan penopang utama dalam rangka percepatan pemulihan ekonomi nasional. Di mana untuk menggerakkan sektor riil dibutuhkan peningkatan daya beli masyarakat, sedangkan untuk meningkatkan daya beli dapat dilakukan melalui pemberian kredit ke segmen konsumer,” ujar Amri.
Amri bilang bahwa Bank Sulselbar berkomitmen menjaga penyaluran kredit ke segmen produktif secara berkelanjutan, yang dapat dilihat dari penetapan target untuk tahun ini, yakni target pertumbuhan kredit terbesar diproyeksikan akan berada di segmen kredit produktif (kredit investasi dan kredit modal kerja) dengan proyeksi pertumbuhan kredit produktif sebesar 17,5% yoy.
Sedangkan untuk kredit konsumtif ditargetkan tumbuh sebesar 5,5% yoy, sehingga secara total portofolio kredit ditargetkan tetap mengalami tren positif pertumbuhan di angka 8-9%.
Untuk menjaga kualitas kredit tetap terjaga, Amri bilang bahwa Bank Sulselbar menerapkan inisiatif dan pengelolaan risiko yang efektif untuk menjaga kenaikan risiko NPL. Selain itu, penyaluran kredit dan pembiayaan dilakukan dengan sangat selektif dan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian.
Langkah selanjutnya, Amri bilang bahwa Bank Sulselbar meningkatkan fungsi supervisi dan monitoring kredit dan melakukan pendampingan bagi para pelaku usaha. Terakhir, Bank Sulselbar melakukan penagihan kredit secara intensif dan melakukan upaya-upaya penyelamatan dan penyelesaian kredit melalui pengambilan agunan, lelang agunan kredit, restrukturisasi kredit, dan hapus buku.
Baca Juga: Aset Bank BRI (BBRI) berpotensi tumbuh kencang usai rights issue
Senada, PPKM juga secara tidak langsung memiliki pengaruh terhadap kualitas kredit di PT BPD Sumatera Selatan Bangka Belitung atau Bank Sumsel Babel. “PPKM membatasi ruang gerak debitur dalam menjalankan usaha yang dapat mempengaruhi penurunan omset penjualan. Penurunan omset penjualan dikhawatirkan akan mengurangi pendapatan debitur dalam mengangsur kredit ke bank,” ujar Direktur Utama Bank Sumsel Babel, Antonius Prabowo kepada KONTAN, Selasa (31/8).
Meskipun demikian, NPL gross di Bank Sumsel Babel mengalami perbaikan dari posisi Juli 2020 sebesar 4,62% menjadi 3,94% per Juli 2021. Sementara NPL net mengalami perbaikan dari posisi Juli 2020 sebesar 1,42% menjadi 0,85% per Juli 2021.
“Restrukturisasi Covid-19 per Juli 2021 sebanyak 764 debitur, dengan baki debet Rp 588 miliar,” ujar Antonius.
Sementara itu, untuk realisasi kredit per 31 Desember 2020 mencapai Rp 17,5 triliun atau mengalami peningkatan sebesar 6,1% jika dibandingkan dengan posisi 31 Desember 2019 yang sebesar Rp 16,5 triliun. Untuk posisi Juli 2021, penyaluran kredit secara keseluruhan mencapai Rp 18,1 triliun atau tumbuh 4,89% yoy. Angka pertumbuhan ini ditopang kredit produktif yang tumbuh 5,6% yoy dan kredit konsumtif yang tumbuh 4,67% yoy per Juli 2021.
Selain itu, penopang kredit usaha mikro kecil menengah (UMKM) terdiri dari kredit usaha rakyat (KUR) dan kredit modal kerja (KMK) kontraktual. Penyaluran KUR per Juli 2021 mencapai Rp 470 miliar (plafond), dan outstanding KMK kontraktual per Juli 2021 mencapai Rp 294 miliar.
Hingga akhir tahun ini Bank Sumsel Babel menargetkan posisi NPL gross sebesar 3,82% dan NPL nett 1,29%. Bersamaan dengan itu, strategi Bank Sumsel Babel menjaga kualitas kreditnya adalah dengan memonitor dan melakukan deteksi dini terhadap debitur yang telah masuk kolektibilitas dua, guna memitigasi perpindahan ke kolektibilitas NPL.
Selanjutnya dengan menginventarisasikan kembali seluruh debitur yang berdasarkan penilaian bank masuk dalam kategori terdampak Covid-19, dan masih memiliki prospek usaha sehingga dapat diberikan restrukturisasi kredit.
Kemudian, restrukturisasi kredit dilakukan sejak dini dan secara proaktif dari pihak bank yakni dengan menyiapkan skema restrukturisasi yang tepat, baik dari sisi jangka waktu maupun besaran angsuran bagi masing-masing debitur. Bank Sumsel Babel juga melaksanakan pendekatan dan penagihan secara insentif kepada para debitur yang menunggak.
Terakhir, melakukan penjualan agunan, baik bawah tangan ataupun dilelang melalui KPKNL dan melaksanakan penyaluran kredit dengan tetap mengutamakan prinsip kehati-hatian serta memperhatikan ketentuan yang berlaku.
Baca Juga: Semester I-2021, pendapatan bersih Cashlez tumbuh 298,5%
Beralih ke informasi dari PT BPD Sumatera Utara, atau Bank Sumut, di mana realisasi kredit Bank Sumut per Juli 2021 sebesar Rp 24,4 triliun. Angka ini tumbuh 3,2% year to date (ytd) dibandingkan Desember 2020.
Target kredit Bank Sumut tahun ini tumbuh 4% atau Rp 24,5 triliun. Untuk NPL saat ini posisi Juli 2021 sebesar 3,8%. Sementara itu, outstanding restrukturisasi Bank Sumut per Juli 2021 mencapai Rp 1,9 triliun terhadap 7.236 debitur.
Kredit yang menopang yakni didominasi oleh kredit multi guna dan kredit program pemerintah seperti KUR dan fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan (FLPP). “PPKM cukup berdampak bagi usaha debitur. Namun, Bank Sumut tetap terus melakukan upaya-upaya monitoring dan evaluasi terhadap kredit Bank Sumut,” ujar Sekretaris Perusahaan Bank Sumut, Syahdan Siregar kepada KONTAN, Selasa (31/8).
Syahdan bilang, strategi Bank Sumut untuk meningkatkan kualitas kredit di antaranya dengan terus mengembangkan ekspansi kredit ke daerah dan sektor yang masih potensial. Selain itu, Bank Sumut juga melakukan pendekatan kepada debitur eksisting untuk meningkatkan penyaluran kredit.
Sementara itu, PT BPD Banten atau Bank Banten mencatatkan pertumbuhan kredit yang positif. Tercatat, per Juli 2021 bank berkode emiten BEKS ini mencatatkan disbursement sebesar Rp 818 miliar yang ditopang dari segmen kredit konsumer senilai Rp 810 miliar.
Baca Juga: Pefindo tetapkan peringkat idBBB untuk Jamkrida Jabar dengan prospek stabil
“Selama tahun 2020 terjadi penurunan portofolio kredit, akibat dilakukannya asset sales ke Bank BJB dan Bank Kalsel sekitar Rp 1,1 triliun disamping pelunasan karena jatuh tempo, dalam rangka upaya penyehatan Bank Banten,” ujar Direktur Utama Bank Banten, Agus Syabarrudin kepada KONTAN, Rabu (1/9).
Untuk menjaga kualitas kredit, Bank Banten melakukan monitoring, pembinaan dan langkah proaktif untuk memastikan debitur mampu menjaga kelangsungan usaha serta kualitas pengelolaan keuangan.
Selain itu, Bank Banten lebih selektif dalam menyalurkan kredit baru dan menyesuaikan selera risiko dengan menerapkan tata kelola, manajemen risiko dan prudential banking. Manajemen menatap perbaikan proyeksi kualitas kredit dan menjaga rasio kredit bermasalah (NPL) di kisaran 3,73%.
Selanjutnya: Ada PPKM, BRI catat RIM ada di level 79,39% pada Juli 2021
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News