kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.443.000   13.000   0,91%
  • USD/IDR 15.155   87,00   0,57%
  • IDX 7.743   -162,39   -2,05%
  • KOMPAS100 1.193   -15,01   -1,24%
  • LQ45 973   -6,48   -0,66%
  • ISSI 227   -2,76   -1,20%
  • IDX30 497   -3,22   -0,64%
  • IDXHIDIV20 600   -2,04   -0,34%
  • IDX80 136   -0,80   -0,58%
  • IDXV30 141   0,18   0,13%
  • IDXQ30 166   -0,60   -0,36%

Penyaluran kredit impor masih belum menurun


Rabu, 11 September 2013 / 08:03 WIB
Penyaluran kredit impor masih belum menurun
ILUSTRASI. 5 Manfaat Minyak Kelapa Untuk Kecantikan, Rambut & Kulit Terawat!


Reporter: Nina Dwiantika | Editor: A.Herry Prasetyo

JAKARTA. Imbauan Bank Indonesia (BI) agar perbankan mengurangi penyaluran kredit pada sektor yang mengandung impor tampaknya belum efektif. Buktinya, penyaluran kredit untuk kebutuhan impor belum menurun. 

Direktur Korporasi Bank Central Asia (BCA), Dahlia Mansor Ariotedjo, menyatakan belum melihat penurunan pembiayaan kredit impor di BCA. Meskipun, BI sudah mengimbau pengereman kredit impor sejak Agustus lalu. "Mungkin dalam dua bulan atau tiga bulan ke depan baru akan terlihat penurunannya," kata Dahlia.

Bank OCBC NISP malah  mencatat kenaikan kredit impor. Presiden Direktur Bank OCBC NISP, Parwati Surjaudaja, menyampaikan, penyaluran kredit impor naik antara 30%-40%.  Kenaikan itu lantaran besarnya investasi maupun ekspansi usaha. "Kenaikan juga terjadi karena memang ada nasabah-nasabah baru pada tahun ini," kata Parwati.

Direktur Whosale Banking Bank Permata, Roy A. Arfandy, mengatakan penyaluran kredit impor sejauh ini masih berjalan seperti biasa dan belum ada penurunan. Bank patungan Astra International dan Standard Chartered ini mencatat, menyalurkan kredit ke beberapa sektor yang mengandung bahan impor. Misalnya, pengadaan bahan baku makanan seperti tepung terigu dan gula,  serta manufaktur seperti bahan baku tekstil dan besi.

Ekonom Bank Standard Chartered Fauzi Ichsan, mengatakan untuk mengurangi pertumbuhan impor, perlu kebijakan pemberian bunga kredit tinggi. Jika bunga kredit impor tinggi,  permintaan kredit juga akan menurun karena debitur menanggung beban yang besar. Meskipun, "Pertumbuhan kredit impor ke depan akan menurun seiring pertumbuhan ekonomi yang juga mengalami pelambatan," kata Fauzi.

Namun, tidak semua bank mencatat kenaikan kredit berkandungan impor. Bank Rakyat Indonesia (BRI) misalnya, saat ini sudah menurunkan penyaluran kredit untuk kebutuhan impor. Direktur Kelembagaan BRI Asmawi Syam, mengatakan, meski tidak besar, penyaluran kredit impor di BRI tercatat mengalami penurunan. "Umumnya, kami memberikan kredit ke importir yang belanja dollar tetapi jual juga dollar. Istilahnya, natural hedge," ujar Asmawi.

Sebelumnya, BI mencatat, pertumbuhan kredit berkandungan impor per Juni 2013 mencapai Rp 57,19 triliun. Jumlah tersebut naik  55% dibandingkan periode sama tahun sebelumnya yang sebesar Rp 36,88 triliun.

Adapun, nilai kredit bermasalah kredit berkandungan impor per Juni 2013 mencapai Rp 680 miliar. Karena itu, BI mengimbau bank mengurangi penyaluran kredit berbahan impor tinggi guna mengurangi defisit transaksi berjalan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Distribution Planning (SCMDP) Supply Chain Management Principles (SCMP)

[X]
×