kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.966.000   6.000   0,31%
  • USD/IDR 16.765   92,00   0,55%
  • IDX 6.749   26,11   0,39%
  • KOMPAS100 973   5,13   0,53%
  • LQ45 757   3,47   0,46%
  • ISSI 214   1,25   0,59%
  • IDX30 393   1,62   0,42%
  • IDXHIDIV20 470   -0,32   -0,07%
  • IDX80 110   0,74   0,67%
  • IDXV30 115   -0,27   -0,24%
  • IDXQ30 129   0,23   0,18%

Penyaluran kredit pertanian Mandiri naik 12%-15%


Jumat, 23 Januari 2015 / 20:30 WIB
Penyaluran kredit pertanian Mandiri naik 12%-15%
ILUSTRASI. PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia Tbk.


Sumber: Antara | Editor: Uji Agung Santosa

DAVOS. Bank Mandiri memproyeksikan penyaluran kredit pertanian meningkat sebesar 12%-15% tahun ini. Kenaikan kredit untuk mendukung peningkatan produksi dan daya saing di sektor tersebut.

"Sektor pertanian masih menarik, terutama di kelapa sawit," kata Direktur Commercial and Business Banking Bank Mandiri Sunarso kepada Antara pada Indonesia Reception yang digelar di sela-sela Forum Ekonomi Dunia (WEF) Kamis malam, di Davos, Swiss.

Tahun lalu, kata dia, pihaknya menyalurkan kredit pertanian sekitar Rp 70 triliun, yang sekitar 60% disalurkan ke sektor kelapa sawit.

Kendati harga komoditas pertanian dan perkebunan dunia cenderung turun menyusul penurunan harga minyak mentah, Sunarso masih optimistis sektor pertanian terutama kelapa sawit masih tumbuh.

"Memang harga minyak sawit mentah (CPO) cenderung turun. Namun kami mengasumsikan harga CPO terendah 700 dolar AS/ton pun, (pebisnis kelapa sawit) masih untung," katanya.

Oleh karena itulah, lanjut dia, Bank Mandiri yang lebih banyak menyalurkan kredit pertanian ke sektor kelapa sawit masih memproyeksikan pertumbuhan kredit.

Kredit pertanian sendiri, menurut Sunarso, hanya sekitar 10% dari total kredit yang disalurkan bank milik pemerintah itu.

Selain menyalurkan kredit pertanian ke sektor kelapa sawit, Bank Mandiri juga memberi kredit ke sektor perkebunan karet 10%, tebu, dan pangan.

Sementara itu, terkait harga CPO, Presdir PT Astra Internasional Tbk Prijono Sugiarto yang ditemui di sela-sela WEF mengakui harga CPO cenderung menurun menjadi sekitar 700 dolar AS/ton.

"Kami memperkirakan harga rata-rata CPO tahun ini sekitar 600 dolar AS/ton," katanya.

Kendati turun, ia mengakui pelaku bisnis CPO mendapat berkah dari pelemahan nilai tukar rupiah yang menembus angka sekitar Rp12.500/dolar AS. "Biaya produksinya dalam rupiah, sementara pendapatannya dolar," kata dia.

Menanggapi perlu tidaknya bank pertanian, Sunarso mengatakan secara tegas bank khusus tidak diperlukan.

"Kalau prospek (bisnis) pertanian bagus, pasti semua bank akan masuk ke situ," katanya.

Sebelumnya Direktur Bank Mandiri Budi G Sadikin yang juga hadir di WEF menyampaikan kekhawatiran terhambatnya pertumbuhan kredit komersial karena penerapan Bassel III (ketahanan bank) yang rigit.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM) Negotiation Mastery

[X]
×