Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Noverius Laoli
Selain itu, BMRI juga menyasar proyek-proyek infrastruktur, kawasan industri, nikel pendorong kendaraan listrik (electric vehicle/EV), telekomunikasi maupun jasa kesehatan.
Di posisi kedua ditempati PT Bank Negara Indonesia (BBNI) dengan nilai kredit US$ 2,44 miliar dan pangsa pasar 11,26%. Sementara di posisi ketiga ada PT Bank Rakyat Indonesia (BBRI) yang menyalurkan kredit sindikasi dengan nilai US$ 72,39 miliar dan pangsa pasar 11,02%.
Corporate Secretary BRI Agustya Hendy Bernadi mengatakan, kredit Sindikasi masih menjadi alternatif skema pembiayaan BRI di dalam sektor korporasi seiring dengan kondisi ekonomi Indonesia yang terus membaik pasca pandemi.
"Penyaluran kredit sindikasi di BRI pada kuartal ketiga tahun 2023 masih on track sesuai dengan Rencana Kerja Anggaran Perubahan (RKAP) yang telah ditetapkan," katanya.
Baca Juga: NIM Perbankan Kian Gemuk, Begini Strategi Bankir ke Depan
Sampai dengan bulan September 2023 BRI telah menyelesaikan beberapa Pembiayaan sindikasi dengan total Pembiayaan sindikasi US$ 1,69 miliar atau tumbuh 10,8% dibandingkan dengan periode sama tahun lalu.
Sektor Energi, Oil & Gas, Agribisnis, Pertambangan dan Manufaktur merupakan sektor-sektor yang masih mendominasi untuk dibiayai melalui skema pendanaan secara Sindikasi oleh BRI.
Selain itu, pembiayaan kepada beberapa sektor downstream pertambangan seperti pembiayaan kepada Smelter Mineral seperti Copper, Alumina dan Nickel dalam rangka ikut serta dalam mendukung kebijakan hilirasi pertambangan yang sejalan dengan himbauan pemerintah Indonesia sehingga rangkaian pemanfaatan nilai tambahnya dapat dinikmati oleh masyarakat Indonesia.
Di samping itu pembiayaan sindikasi yang dilakukan oleh BRI juga utamanya dapat memberikan multiplier effect yaitu value chain kepada segmen lain utamanya ke SME (small medium enterprise) yang merupakan core business dari BRI dalam upaya strengthening retail business.
Hendy menyebut, prospek pembiayaan sindikasi sampai dengan akhir tahun 2023 masih terbuka lebar dan BRI optimistis dengan pembiayaan melalui skema sindikasi dapat mendukung pertumbuhan ekonomi dari sektor-sektor bisnis yang menjadi andalan dari realisasi investasi Indonesia di tahun 2023.
Baca Juga: Bank Maluku Malut Resmi Gabung ke Kelompok Usaha Bank (KUB) Bank BJB
Selain Himbara, ada PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) yang telah menyalurkan kredit sindikasi senilai US$ 420,74 juta dengan pangsa pasar 7,95%.
Executive Vice President Secretariat & Corporate Communication BCA Hera F. Haryn mengatakan, hingga Agustus 2023, BCA telah mengelola kredit sindikasi sebesar Rp 136,4 triliun, dengan porsi partisipasi BCA dalam kredit sindikasi mencapai Rp 25,55 triliun.
Hera menuturkan, penyaluran kredit sindikasi dari BCA dilakukan sebagai bentuk komitmen dalam mendukung pengembangan infrastruktur di Indonesia.
Terutama kata Hera, kredit untuk proyek-proyek strategis nasional seperti infrastruktur jalan tol, konstruksi, dan kelistrikan. BCA pun menilai penyaluran kredit sindikasi pada akhir tahun ini masih menjanjikan.
"BCA turut berpartisipasi dalam kredit sindikasi dengan mempertimbangkan faktor risk appetite, posisi likuiditas dan modal, serta memilih proyek-proyek yang berpotensi memperkuat bisnis inti BCA," ujar Hera.
Ke depan, pihaknya melihat prospek kredit sindikasi masih prospektif, mengingat banyaknya permintaan untuk refinancing dan kebutuhan investasi atau modal kerja baru.
Ke depan, perseroan juga memiliki beberapa pipeline sindikasi yang ditangani di antaranya infrastruktur jalan tol, smelter, manufaktur, jasa keuangan, properti, dan telekomunikasi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News