Reporter: Vatrischa Putri Nur | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Memasuki semester-II 2025 ini penyaluran kredit perbankan ke sektor UMKM masih belum semarak. Data terbaru per Juli 2025 menunjukkan pertumbuhan kredit UMKM menjadi yang paling lambat pada tahun ini.
Merujuk data analisis uang beredar Bank Indonesia (BI), penyaluran kredit kepada UMKM pada Juli 2025 hanya tumbuh sebesar 1,6% secara tahunan (YoY), makin menyusut, setelah pada bulan sebelumnya tumbuh 2,0% YoY.
Jika dilihat dari total nilai penyalurannya, per Juli 2025, penyaluran kredit UMKM secara keseluruhan mencapai Rp 1.397,4 triliun. Ini menurun tipis 0,5% secara bulanan dari capaian Juni 2025 yang sebesar 1.404,0 triliun.
Jika ditaksir lebih jauh ke belakang, pertumbuhan kredit UMKM pada Juli 2025 ini juga jauh di bawah pertumbuhan tahun lalu. Per Juli 2024, penyaluran kredit UMKM tumbuh sebesar 5,1% YoY.
Baca Juga: Laju Pertumbuhan Kredit UMKM Per Juli 2025 Jadi yang Paling Lambat di Tahun Ini
Mengenai hal ini, Presiden Direktur PT Bank CIMB Niaga Tbk Lani Darmawan menyampaikan bahwa perlambatan kredit UMKM terutama terlihat pada wilayah kota-kota besar. Hal ini sehubungan dengan daya beli masyarakat yang belum membaik.
“Kami lihat pertumbuhan masih baik di kota-kota tingkat dua yang lebih kecil. Di kota besar utama yang terlihat melambat, sehubungan daya beli masyarakat yang relatif masih tertekan,” ungkap Lani saat dihubungi Kontan, Jumat (12/9/2025).
Meskipun demikian, Lani menegaskan bahwa penyaluran kredit di sektor UMKM ini masih menjadi salah satu fokus utama Bank, yang mana dicatatnya per Juli 2025 kredit UMKM di CIMB Niaga tumbuh 7% secara tahunan (YoY).
Direktur Finance & Business Planning PT Bank Sahabat Sampoerna Henky Suryaputra juga menyampaikan bahwa kredit UMKM di Bank Sampoerna pada periode Juli 2025 menunjukkan gambaran pertumbuhan yang belum signifikan, tak jauh berbeda dengan data industri.
“Kredit UMKM di Bank Sampoerna hingga Juli 2025 memang menunjukkan gambaran yang tidak jauh berbeda dengan data industri. Kondisi menantang yang dihadapi UMKM menjadikan kami lebih memprioritaskan untuk menjaga kualitas pinjaman dari pada memacu pertumbuhan,” kata Henky.
Kendati begitu, dia bilang bahwa sesuai dengan visi Bank, UMKM tetap menjadi fokus utama layanan Bank Sampoerna. Dicatat, per Juni 2025 kredit yang disalurkan ke sektor UMKM mencapai 64% dari total kredit Bank Sampoerna.
Sementara itu, PT Bank Pembangunan Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta atau Bank BPD DIY menyampaikan bahwa hingga kini, Perseroan sangat bertumpu pada sektor UMKM. Oleh sebab itu, Direktur Pemasaran dan Usaha Syariah BPD DIY Raden Agus Trimurjanto bilang jika pihaknya tetap optimistis.
Baca Juga: BCA Siapkan Penawaran Kredit Rumah, Kendaraan, dan UMKM dengan Skema Kompetitif
Hingga Agustus 2025, total outstanding kredit UMKM Bank BPD DIY sebesar Rp 2,055 triliun. Nilai ini meningkat sebesar 12% YoY dari posisi Agustus tahun lalu yang masih Rp 1,825 triliun.
“Bank BPD DIY sangat bertumpu pada sektor UMKM, yang saat ini telah mencapai 63% dari komposisi kredit produktif. Tentu saja kami optimis karena DIY sedikit memiliki potensi kredit korporasi/industri, maka kami terus fokus dalam menumbuhkan UMKM,” terang Agus.
Sedang EVP Corporate Communication & Social Responsibility PT Bank Central Asia Tbk Hera F. Haryn bilang, bahwa sejatinya kinerja industri perbankan akan sejalan dengan kondisi perekonomian. Namun, dia menegaskan bahwa BCA akan senantiasa menyalurkan kredit ke berbagai sektor, termasuk UMKM.
Penyaluran kredit BCA ke sektor UMKM meningkat 12,6% YoY mencapai Rp 136 triliun per Juni 2025. Untuk mendorong kredit di sektor UMKM, BCA melakukan beberapa strategi, misalnya dengan memberikan suku bunga spesial bagi pelaku usaha di segmen UMKM.
“BCA berkomitmen memaksimalkan berbagai kanal penyaluran pembiayaan, digitalisasi, serta optimalisasi rantai pasok buyer atau mitra secara pruden,” kata Hera.
Baca Juga: Lebih Selektif, Kredit Macet UMKM Bank CIMB Niaga Menyusut
Ekonom Universitas Paramadina Wijayanto Samirin menjelaskan bahwa persoalan utama dari penyaluran kredit UMKM yang tak kunjung tumbuh signifikan ini ialah karena ekonomi yang masih dalam tekanan, dilihat dari daya beli masyarakat yang tak kunjung membaik.
Selain itu, sampai saat ini masih banyak pelaku usaha UMKM yang bergerak secara informal. Ini menyebabkan mereka tidak bank-able.
“Saya rasa akan tetap tumbuh lambat dan cenderung stagnan. Solusinya yaitu perbaiki sisi demand,” tegasnya.
Guna makin menyokong pertumbuhan kredit UMKM, Wijayanto bilang ada berbagai solusi yang dapat dilakukan. Utamanya ialah memperbaiki demand, misalnya dengan cara berikut, pertama ialah dengan pemberian insentif ekonomi dari pemerintah di kuartal-IV nanti. Kedua, permudah proses formalisasi UMKM.
Ketiga, berantas pungli dan premanisme di UMKM. Lalu berikan kredit bunga subsidi untuk pelaku usaha UMKM. Dan terakhir, perlunya mendorong kolaborasi Kopdes Merah Putih dengan UMKM, sehingga keberadaan Kopdes Merah Putih ini tak membunuh pelaku usaha UMKM yang sudah ada.
Baca Juga: Kredit Bermasalah UMKM Mulai Turun, Ada Tanda-Tanda Perbaikan?
Selanjutnya: Curah Hujan Tinggi, Petani Prediksi Produksi Beras Meningkat Jadi 33 Juta Ton
Menarik Dibaca: Daftar 7 Film Biografi Tokoh Dunia Ternama dan Berpengaruh, Sudah Nonton Semua?
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News