kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.662.000   2.000   0,12%
  • USD/IDR 16.280   55,00   0,34%
  • IDX 6.743   -132,96   -1,93%
  • KOMPAS100 996   -6,22   -0,62%
  • LQ45 785   7,24   0,93%
  • ISSI 204   -4,64   -2,22%
  • IDX30 407   4,40   1,09%
  • IDXHIDIV20 490   7,18   1,49%
  • IDX80 114   0,52   0,46%
  • IDXV30 118   0,81   0,69%
  • IDXQ30 135   1,91   1,44%

Penyesuaian Suku Bunga Fintech P2P Lending Dinilai Berpotensi Turunkan Penyaluran


Kamis, 02 Januari 2025 / 05:59 WIB
Penyesuaian Suku Bunga Fintech P2P Lending Dinilai Berpotensi Turunkan Penyaluran
ILUSTRASI. Mulai 1 Januari 2025, Otoritas OJK mengatur suku bunga fintech atau pinjaman daring (Pindar) menjadi 0,3% per hari untuk sektor konsumtif.


Reporter: Aulia Ivanka Rahmana | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penyesuaian ketentuan batasan manfaat ekonomi atau suku bunga bagi bagi industri Layanan Pendanaan Bersama Berbasis Teknologi Informasi (LPBBTI) alias fintech peer-to-peer lending dinilai bisa menurunkan nilai penyaluran. 

Mulai 1 Januari 2025, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengatur suku bunga fintech atau pinjaman daring (Pindar) menjadi 0,3% per hari untuk sektor konsumtif dengan tenor kurang dari 6 bulan. Sedangkan untuk tenor di atas 6 bulan menjadi 0,2% per hari. 

Kemudian, batasan manfaat ekonomi untuk sektor produktif Mikro dan Ultra Mikro dengan tenor kurang dari 6 bulan menjadi 0,275% per hari, dan tenor di atas 6 bulan menjadi 0,1% per hari. 

Sementara untuk sektor produktif Kecil dan Menengah batasan manfaat ekonominya menjadi 0,1% per hari, dengan tenor kurang dari 6 bulan, dan tenor di atas 6 bulan juga sama menjadi 0,1% per hari. 

Baca Juga: Daftar 97 Pinjol Resmi OJK Terbaru, Berlaku Per Januari 2025

Mengenai hal ini, Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda mengatakan, perubahan di sisi borrower akan mempengaruhi sisi lender. Sebab, ketika bunga sisi borrower turun, manfaat dari sisi lender juga akan turun. 

"Maka fintech P2P lending bisa berkurang penyalurannya, terutama dari sisi lender individu/ritel yang semakin rendah porsinya," kata Nailul kepada Kontan.co.id, Rabu (1/1).

Nailul menilai, lender ritel akan memilih investasi di sektor lainnya. Terlebih karena bunga investasi lainnya masih cukup tinggi dan akan cenderung memilih berinvestasi di instrumen investasi yang mendatangkan keuntungan lebih.

Sementara itu, dampak dari sisi lender yang cukup tertekan bisa membuat likuiditas penyaluran akan terganggu. Ketika dana menurun, permintaan akan pinjaman daring juga akan menurun. 

Baca Juga: OJK Atur Batas Suku Bunga Fintech P2P Lending, Begini Kata AFPI

"Hal ini akan mempengaruhi operasional platform pinjaman daring. Akan berdampak kepada pendanaan startup juga. Ini yang saya sebutkan, perubahan di sisi borrower akan mempengaruhi dari sisi lender dan industri secara luas," tuturnya.

Kendati demikian, dia masih menilai permintaan untuk pinjaman daring masih cukup tinggi dan penyalurannya akan lebih banyak ditopang oleh lender perbankan. 

Nailul memprediksi penyaluran bisa di angka 20% di tahun 2025. Adapun salah satu faktor permintaan yang menurutnya signifikan ke depan adalah penurunan daya beli masyarakat yang berimbas peningkatan permintaan pembiayaan. 

"Mereka cenderung membutuhkan pembiayaan uang cash. Pinjaman daring menjadi salah satu alternatifnya," lanjutnya.

Selanjutnya: PHRI Harap Diskon Tarif Listrik Jadi Stimulus di Tengah Lesunya Industri Perhotelan

Menarik Dibaca: Ini Panduan Cara Pesan Grab Motor bagi Pengguna Baru

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Mastering Finance for Non Finance Entering the Realm of Private Equity

[X]
×