kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.896.000   -13.000   -0,68%
  • USD/IDR 16.195   57,00   0,35%
  • IDX 7.898   -32,88   -0,41%
  • KOMPAS100 1.110   -7,94   -0,71%
  • LQ45 821   -5,85   -0,71%
  • ISSI 266   -0,63   -0,24%
  • IDX30 424   -3,04   -0,71%
  • IDXHIDIV20 487   -3,38   -0,69%
  • IDX80 123   -1,10   -0,89%
  • IDXV30 126   -1,56   -1,22%
  • IDXQ30 137   -1,32   -0,96%

BI Proyeksikan Permintaan Kredit Baru Turun di Kuartal III, Apa dengan Perbankan?


Minggu, 17 Agustus 2025 / 20:12 WIB
BI Proyeksikan Permintaan Kredit Baru Turun di Kuartal III, Apa dengan Perbankan?
ILUSTRASI. Pengunjung berkonsultasi pada booth KKB BCA di gelaran BCA Expo 2023 di ICE BSD, Tangerang, Banten, Jumat (8/9/2023). Hasil survei Bank Indonesia (BI) yang menunjukkan nilai Saldo Bersih Tertimbang (SBT) prakiraan permintaan kredit baru kuartal-III 2025 yang lebih rendah dibanding periode kuartal-II 2025.. (KONTAN/Carolus Agus Waluyo)


Reporter: Vatrischa Putri Nur | Editor: Putri Werdiningsih

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Perbankan cukup berhati-hati dalam menyalurkan kredit di tengah kondisi perekonomian yang belum sepenuhnya pulih. Ini tercermin dari hasil survei Bank Indonesia (BI) yang menunjukkan nilai Saldo Bersih Tertimbang (SBT) prakiraan permintaan kredit baru kuartal-III 2025 yang lebih rendah dibanding periode kuartal-II 2025.

Melansir catatan BI, SBT permintaan kredit baru kuartal-II 2025 sebesar 85,22%, lebih tinggi dari 55,07% pada kuartal-I 2025. Meskipun begitu, BI menyoroti bahwa capaian ini masih lebih rendah dibanding SBT permintaan kredit baru pada kuartal-II 2024 yang sebesar 89,11%.

Namun demikian, pada kuartal-III 2025, nilai SBT penyaluran kredit baru diprakirakan tetap tumbuh, meski lebih rendah lagi.Proyeksinya nilai SBT penyaluran kredit baru diperkirakan sebesar 81,71%.

Baca Juga: Perbankan Hati-Hati Hadapi Kredit Macet Korporasi

Senior Vice President Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan berpendapat bahwa bahwa sentimen yang membuat prakiraan penyaluran kredit baru di kuartal-III 2025 ini lebih rendah karena tidak ada momentum festive yang turut menjadi pendorong. Misalnya, di kuartal-II tidak ada momen lebaran yang turut menopang sehingga konsumsi masyarakat pun menguat.

Tak hanya itu, lanjut Trioksa efek dari pemangkasan suku bunga acuan oleh BI juga belum secara langsung berdampak pada realisasi permintaan kredit.

Sebagaimana diketahui BI telah memangkas suku bunga acuan atau BI rate menjadi 5,25% pada bulan Juli 2025 dari sebelumnya 5,50%. Pemangkasan BI Rate ini menjadi yang ketiga kalinya selama 2025.

“Prakiraan SBT permintaan kredit baru kuartal-III lebih rendah dibanding kuartal-II, karena di kuartal-II itu ada momen lebaran sehingga arus konsumsi menguat. Selain itu, pemangkasan BI-Rate belum berdampak langsung pada permintaan kredit. Faktor lain juga daya beli masyarakat belum sepenuhnya pulih,” kata Trioksa kepada KONTAN, Minggu (17/8/2025).

Oleh sebab itulah, mengapa survei perbankan BI di triwulan ketiga 2025 ini mengindikasikan nilai SBT prakiraan penyaluran kredit baru malah menyusut dibanding periode triwulan kedua tahun ini.

Dalam survei perbankan BI ini juga diungkapkan bahwa Indeks Lending Standard (ILS) di kuartal-III ini diperkirakan masih positif, yakni sebesar 0,02. ILS yang positif ini menunjukkan perbankan yang lebih berhati-hati dalam menyalurkan kreditnya.

“Bank akan lebih konservatif dalam menyalurkan kredit pada kuartal-III. Bank tidak langsung melonggarkan syarat kredit, karena bank tetap harus memperhatikan manajemen risiko kredit terutama di tengah kondisi daya beli yang belum sepenuhnya pulih,” tambahnya.

Di samping itu, tambah dia, ada juga tekanan pada Net Interest Margin (NIM) dan juga biaya dana yang senantiasa mendorong bank lebih selektif dalam menyalurkan pembiayaan.

Baca Juga: Pasar Otomotif Seret, Penyaluran Kredit Kendaraan Bermotor Perbankan Makin Mengkerut

Dalam hal ini PT Bank Maybank Indonesia Tbk (BNII) menyampaikan bahwa perseroan justru memandang bahwa di kuartal III ataupun sepanjang semester-II 2025, pertumbuhan penyaluran kredit akan lebih baik.

“Hal ini di sebabkan karena mulai ada kejelasan tarif AS terhadap Indonesia dan beberapa negara lain. Juga mulai meredanya geopolitik di dunia ini,” terang Presiden Direktur Maybank Indonesia Steffano Ridwan kepada Kontan, Jumat (15/8/2025).

Untuk di periode kuartal-III ini Maybank Indonesia akan senantiasa fokus terhadap penyaluran kredit ke empat segmen yang menjadi prioritas mereka, yakni: Large Corp, Businness Banking, SME (Pembiayaan Modal Kerja), dan KPM (Kredit Pemilikan Mobil).

Akan tetapi, Steffano bilang bahwa Maybank Indonesia akan terus berupaya memegang prinsip kehati-hatiannya dalam melakukan penyaluran kredit ke depannya.

“Prinsip kehati-hatian akan terus kami terapkan,” tandasnya.

Untuk diketahui dari sisi intermediasi, penyaluran kredit Maybank turun tipis 1,1% year-on-year (YoY) menjadi Rp 121,69 triliun di sepanjang semester-I 2025. Namun, kredit bermasalah atau (non-performing loan/NPL) gross membaik dari 2,66% menjadi 2,35%, sedangkan NPL net membaik dari 1,7% menjadi 1,5%.

Hal yang sama juga dituturkan oleh PT Bank Central Asia Tbk (BBCA). Mengenai hal ini, EVP Corporate Communication and Social Responsibility BCA Hera F. Haryn menyampaikan bahwa kinerja industri perbankan akan sejalan dengan kondisi perekonomian.

“Terkait dengan prospek ke depan, kami berharap penyaluran kredit dapat terus mencatatkan pertumbuhan positif pada tahun ini,” tutur Hera.

Per Juni 2025, total kredit BCA tumbuh sebesar 12,9% secara tahunan (YoY) menjadi Rp 959 triliun. Pertumbuhan tersebut berada di atas rata-rata industri. Hingga akhir 2025, pertumbuhan kredit BCA ditarget masih tetap sejalan dengan Rencana Bisnis Bank (RBB).

Pertumbuhan kredit BCA disokong oleh berbagai segmen, mulai dari korporasi, UMKM, serta konsumer. Paling tinggi dicatat ialah pertumbuhan kredit korporasi yang naik 16,1% YoY dengan nilai Rp 451,8 triliun per Juni 2025.

“BCA akan terus mendorong penyaluran kredit ke berbagai segmen dan sektor secara pruden, sekaligus mempertimbangkan prinsip kehati-hatian dengan penerapan manajemen risiko yang disiplin,” tambah Hera.

Baca Juga: Wajib Masuk RBB, OJK Akan Pantau Penyaluran Kredit UMKM di Perbankan

Direktur Kepatuhan OK Bank Efdinal Alamsyah mengatakan bahwa beberapa kemungkinan yang dapat menyebabkan menurunnya SBT, antara lain ialah karena Bank lebih ketat dalam menyalurkan kredit sebagai langkah kehati-hatian, karena risiko global diperkirakan masih tinggi.

“Jadi likuiditas sebagian lebih diarahkan pada surat berharga ketimbang kredit,” tutur Efdinal.

Di semester-II 2025 ini, dia menjelaskan bahwa OK Bank akan terus hati-hati dan selektif dalam menyalurkan kredit, terutama terkait dengan kredit modal kerja dan kredit investasi. Namun, Efdinal menyebut, untuk kredit konsumtif bisa saja lebih dilonggarkan.

Terakhir dia menyampaikan bahwa OK Bank masih akan menyalurkan kredit sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan dalam RBB.

“Pada akhir bulan Juni 2025, kredit OK Bank tumbuh sebesar lebih kurang 8%. Sampai akhir tahun OK Bank menargetkan pertumbuhan kredit sebesar 10%,” pungkasnya.

Selanjutnya: Mutasi Rekening Nikita Mirzani Dibuka di Persidangan, Begini Penjelasan BCA

Menarik Dibaca: Cara Buka Blokir Facebook dengan Bantuan Pusat Dukungan,Cepat & Mudah Dilakukan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mengelola Tim Penjualan Multigenerasi (Boomers to Gen Z) Procurement Strategies for Competitive Advantage (PSCA)

[X]
×