kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.769   -9,00   -0,06%
  • IDX 7.470   -9,22   -0,12%
  • KOMPAS100 1.154   0,14   0,01%
  • LQ45 915   1,41   0,15%
  • ISSI 226   -0,75   -0,33%
  • IDX30 472   1,48   0,31%
  • IDXHIDIV20 570   2,21   0,39%
  • IDX80 132   0,22   0,17%
  • IDXV30 140   0,97   0,69%
  • IDXQ30 158   0,51   0,33%

Perbanas: Hanya bank yang punya kekuatan digital yang bisa bertahan


Rabu, 14 November 2018 / 17:10 WIB
Perbanas: Hanya bank yang punya kekuatan digital yang bisa bertahan
ILUSTRASI. Layanan perbankan digital


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perkembangan teknologi yang semakin pesat memaksa industri perbankan untuk injak gas dalam melakukan inovasi. Ketua Umum Perhimpunan Bank Nasional (Perbanas) Kartika Wirjoatmodjo mengatakan seluruh bank harus lebih cepat dan serius dalam melakukan pengembangan digital.

Kartika mengatakan, bukan hanya bank besar saja yang harus punya kemampuan untuk mengembangkan digital. Persaingan di bank kecil menurutnya akan lebih sengit. 

Untuk menjawab hal tersebut, bank kecil harus melakukan konsolidasi. "Perbankan di masa depan memang harus ada konsolidasi. Karena memang itu ke depan tantangannya, terutama dari sisi likuiditas," katanya di Jakarta, Rabu (14/11).

Tiko sapaan akrab Kartika menyebut, bukan hanya teknologi saja yang menjadi tantangan bagi bank kecil ke depan. Masalah likuiditas juga menjadi isu penting yang harus dapat diatasi. Apalagi saat ini, sejalan dengan iklim ekonomi yang belum stabil dibarengi dengan tren kenaikan bunga, perebutan dana pihak ketiga (DPK) terutama dana murah (CASA) bakal semakin sengit.

Faktanya saat ini, bank yang punya platform serta cabang yang cukup banyak memang lebih punya peluang untuk mengumpulkan DPK yang lebih banyak. Hal ini pula yang menjadi kendala bagi sebagian bank kecil yang kapasitasnya tidak sebesar bank-bank raksasa.

Maka dari itu, dengan sendirinya bank akan melakukan konsolidasi guna memperkuat struktur baik permodalan dan teknologi, yang nantinya dapat mendorong perluasan bisnis.

"Ini memang menjadi tantangan. Kami (Perbanas) melihat proses konsolidasi tidak harus secara terstruktur dan diarahkan, tapi harus secara natural. Proses ini akan terjadi 100%," katanya.

Contoh konsolidasi bank saat ini pun telah terjadi, paling baru misalnya PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk yang diakuisisi oleh Sumitomo Mitsui Banking Coorporation (SMBC) dan PT Bank Danamon Indonesia Tbk yang dicaplok oleh The Bank of Tokyo Mitsubishi UFJ (MUFG).

"Secara natural konsolidasi pasti terjadi, karena ada kebutuhan investasi IT, pembangunan cabang. Ini memang menjadi keharusan untuk pertahanan mereka. Hal ini akan terjadi tanpa adanya arahan dari regulator," ungkapnya.

Tiko yang juga menjabat sebagai Direktur Utama PT Bank Mandiri Tbk mengatakan peran teknologi sangat penting dalam menjawab hal tersebut. Sebabnya, digital banking atau teknologi perbankan yang mutakhir ke depan bakal menjadi kunci ketertarikan nasabah membuka rekening atau bertransaksi di bank.

Atas pertimbangan tersebut, Tiko menyebut jumlah bank di Tanah Air akan berkurang. Pasalnya, hanya bank-bank yang memiliki kekuatan secara skala fisik dan digital yang bisa bertahan di era digital saat ini.

Menjawab pernyataan tersebut, sejumlah bank kecil yang dihubungi Kontan.co.id sepakat bahwa ke depan pengembangan teknologi menjadi suatu keharusan.

Direktur Utama PT Bank Dinar Indonesia Tbk Hendra Lie mengatakan, salah satu pembuktian Bank Dinar dalam menjawab tantangan teknologi adalah rencana penggabungan atau merger dengan Bank Oke.

Nah, usai rencana tersebut terealisasi, bank hasil merger antara Bank Dinar dan Bank Oke memang akan diarahkan ke sektor digital. "Kami setelah merger akan siap masuk ke digital banking juga," katanya kepada Kontan.co.id, Rabu (14/11).

Apalagi, pemilik baru Bank Dinar yaitu APRO Financial yang berasal dari Korea Selatan memang mengarah ke pengembangan bisnis berbasis digital. Sayangnya, Hendra tidak dapat merinci besaran belanja modal IT Bank Dinar ke depan, lantaran hal tersebut masih dalam pengkajian dan kalkulasi.

"Untuk capex saya tidak bisa sampaikan. Tapi owner kami yang baru yaitu APRO dari Korea memang berkomitmen untuk masuk ke bisnis berbasis teknologi," ujarnya.

Bukan hanya Bank Dinar saja, PT Bank Pembangunan Daerah Sumatera Selatan dan Bangka Belitung (Sumselbabel/BSB) juga sudah mengarahkan fokus bisnis ke digital.

Direktur Utama BSB Muhammad Adil menyebut saat ini pihaknya masih terus mengkaji untuk melakukan penyesuaian digital. "Untuk sekarang ini, kami sudah memiliki produk digital yang menyesuaikan dengan perkembangan terkini, seperti internet banking," katanya.

Beberapa produk digital lain seperti mobile banking juga sudah dijajal oleh BSB. Pihaknya menyebut, ke depan BSB akan berinovasi yang terarah, antara lain agar seluruh transaksi perbankan bisa dilakukan di satu aplikasi yang dioperasikan dengan smartphone.

Selain itu, BSB juga sudah melakukan integrasi dengan bank besar. Semisal dengan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) terkait interoperasi e-money BSB (BSB Cash).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×