Reporter: Dyah Megasari |
JAKARTA. Perhimpunan Bank-Bank Umum Nasional (Perbanas) mendukung penurunan bunga pinjaman (kredit). Namun hal itu harus didukung dengan penurunan bunga deposito dan tabungan yang rendah.
Sigit Pramono, Ketua Perbanas, menilai biaya simpanan (cost of fund) perbankan masih tinggi. Khususnya bunga deposito dan tabungan. Ia berharap, masyarakat pun harus mengubah kebiasaan untuk mengharapkan imbalan bunga tinggi dari perbankan.
"Masyarakat masih berharap bunga tinggi, ini yang jadi masalah padahal bunga di luar negeri sudah lebih rendah, saya yakin kalau bunga tabungan turun maka bunga untuk pinjaman juga akan turun," katanya, Rabu (22/5).
Namun ia tidak menampik jika ruang penurunan suku bunga kredit masih ada yakni melalui efisiensi terhadap biaya operasional perbankan nasional.
"Komponen suku bunga kredit beragam yakni biaya dana, biaya operasional, risiko dan lain-lain. Ruang penurunan suku bunga kredit masih ada melalui efisiensi di biaya operasional," katanya.
Sigit juga mengatakan, pada dasarnya suku bunga kredit perbankan nasional saat ini berada di tingkat terendah, terhitung sejak Indonesia merdeka.
"Dulu KPR itu bunganya 'double digit', sedangkan generasi sekarang untuk memperoleh KPR bunganya sudah 'single digit', karena sekarang bunga deposito juga sudah lebih rendah. Jadi tidak benar kalau bankir ingin bunga kredit tinggi," katanya.
Sebelumnya Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution menyampaikan bahwa suku bunga kredit perbankan, khususnya KPR dan korporasi sudah berada di level terendah sejak beberapa tahun terakhir.
Namun, Darmin mengatakan bahwa upaya penurunan suku bunga kredit tetap harus didorong oleh bank sentral ke depan. (TribunNews)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News