Reporter: Adhitya Himawan | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Persatuan Perbankan Nasional (Perbanas) menegaskan, penyelematan Bank Century sudah benar. Sebab dalam kondisi krisis ekonomi, potensi efek domino sangat berbahaya bagi industri perbankan.
Menurut Sigit Pramono, Ketua Umum Perbanas, efek domino kejatuhan sebuah bank dalam krisis ekonomi sangat serius. Sebab setiap bank hampir pasti memiliki pinjaman antar bank. Apabila bank yang satu kolaps, bank yang dananya dipinjam akan tertular masalah likuiditas. "Dan bank yang dananya dipinjam itu bisa juga dia sendiri pinjam dana bank lain. Akibatnya bank lain bisa ikut-ikutan terancam kolaps juga," kata Sigit di Jakarta, Jumat (21/2).
Efek lain yang berbahaya adalah munculnya rush atau penarikan dana besar-besaran oleh nasabah. Ini bisa terjadi ketika masyarakat panik dan kepercayaan terhadap perbankan turun. Akibatnya, bank langsung kehilangan likuiditas. "Ini pernah terjadi pada 1998. Kala itu bank besar seperti BCA pun terhantam masalah rush," ujar Sigit.
Biaya yang harus dikeluarkan untuk bailout bank yang kini bernama Bank Mutiara sebesar Rp 6,7 triliun menurut Sigit merupakan konsekuensi logis. Biaya tersebut sebetulnya amat kecil dibandingkan biaya penganan krisis ekonomi tahun 1998 yang menelan Rp 600 triliun.
"Dalam kondisi krisis, tidak penting lagi apakah dia bank besar atau bank kecil. Namun yang wajib diatasi adalah dua efek tadi yang bisa meluas dampaknya bagi industri perbankan. Baru setelah krisis teratasi, penyebab buruknya pengelolaan Bank Century bisa kita usut tuntas," pungkas mantan Direktur Utama Bank Negara Indonesia (BNI) ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News