kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Perbanas: Perbankan tak bisa lagi mengandalkan kredit korporasi


Minggu, 20 Oktober 2019 / 16:31 WIB
Perbanas: Perbankan tak bisa lagi mengandalkan kredit korporasi
ILUSTRASI. Ketua Perbanas Kartika Wirjoatmodjo mengatakan dalam lima tahun terakhir, perbankan telah melampaui dua kondisi sulit. ./pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo/14/11/2018.


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Tendi Mahadi

Ia mencontohkan, kini kredit pemilikan rumah (KPR) tengah mengalami permintaan yang cukup tinggi untuk ticket size di bawah Rp 1 miliar, bahkan di bawah Rp 500 juta. Serupa, kredit kendaraan bermotor (KKB) pun menunjukkan angka permintaan yang tinggi untuk mobil dengan harga di kisaran Rp 200 juta.

Bila upaya tersebut bisa berjalan mulus, maka tidak berlebihan kalau pertumbuhan kredit di tahun-tahun berikutnya bisa terus tumbuh di atas 10% secara tahunan. "Harus shifting, tidak bisa lagi mengandalkan di kredit yang besar-besar lagi. Harus kredit kecil dulu," imbuhnya.

Di samping itu semua, perbankan secara nasional juga dituntut untuk lebih aktif menggandeng perusahaan teknologi finansial (tekfin) seperti layanan kredit digital, maupun ekosistem e-commerce. Cara ini dipandang bisa menjadi langkah efisiensi perbankan untuk menjangkau segmen ultra mikro.

Baca Juga: Lima tahun ke depan, LinkAja targetkan layani 100 juta pengguna

"Ke depan, untuk bank besar yang jaringannya besar akan lebih baik, sementara untuk bank menengah dan yang kecil harus berubah menjadi digital atau menggandeng fintech," tegasnya.

Lewat kerjasama dengan perusahaan teknologi, Tiko menyebut perbankan akan lebih leluasa menggarap potensi fee based income (FBI) untuk menopang pertumbuhan laba. Ia mencontohkan di Bank Mandiri, perseroan mengaku telah berinvestasi di sejumlah fintech seperti Amartha, KoinWorks dan Crowdee.

"Karena tidak mungkin kita membuat sendiri untuk segmen ultramikro yang pinjamannya di bawah Rp 2 juta. Tapi potensinya tetap harus digali," sambungnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×