kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.907.000   -4.000   -0,21%
  • USD/IDR 16.209   -19,00   -0,12%
  • IDX 6.859   -19,38   -0,28%
  • KOMPAS100 998   -4,29   -0,43%
  • LQ45 763   -2,89   -0,38%
  • ISSI 226   -1,03   -0,45%
  • IDX30 393   -1,44   -0,37%
  • IDXHIDIV20 454   -1,80   -0,39%
  • IDX80 112   -0,40   -0,36%
  • IDXV30 114   -0,23   -0,20%
  • IDXQ30 127   -0,92   -0,72%

Perbankan Bantah Rugi dari Penjualan SBN


Rabu, 18 Maret 2009 / 09:42 WIB
Perbankan Bantah Rugi dari Penjualan SBN


Sumber: KONTAN |

JAKARTA. Perbankan membantah rugi dari penjualan surat berharga negara (SBN). Para bankir mengaku, mereka menjual SBN untuk mempercepat realisasi keuntungan.

Bankir mengaku, mencairkan dana di SBN saat pemerintah melakukan program pembelian kembali alias buyback SBN pada 3 Maret 2009. Saat itu, pemerintah membeli kembali sejumlah Surat Utang Negara (SUN). Yakni SUN seri ZC0002 yang jatuh tempo 20 September 2009, SUN FR0002 (jatuh tempo 15 Juni 2009), VR0016 (25 Juli 2009), dan Obligasi Ritel Indonesia seri 001 (9 Agustus 2009).

Pembelian terbesar yang dilakukan pemerintah adalah SUN seri FR0002 dan VR0016. Nilai masing-masing seri yang ditebus balik pemerintah adalah Rp 2,06 triliun dan Rp 6,45 triliun. "Dua seri ini yang menyebabkan dana bank di SBN berkurang," ujar Sugiharto, Kepala Group Treasuri PT Bank Mandiri Tbk.

Bank tergoda menjual pada program buyback pemerintah ketimbang menunggu jatuh tempo, karena pemerintah menawarkan harga yang lebih baik. Sugiharto mencontohkan SUN seri VR0016. Dalam program buyback, pemerintah membeli obligasi VR0016 seharga 100, sementara harga di pasar hanya 99,63.

Bank untung besar

Head of Debt Capital Market Trimegah Securities Agus Salim memperkirakan, bank yang menjual SBN di saat buyback pemerintah pasti untung. "Ibaratnya hanya percepatan jatuh tempo," ujar Agus, Selasa (17/3).

Kepala Divisi Tresuri PT Bank BRI Tbk. Basuki Setiadji juga memberi penilaian sama. "Penurunan kepemilikan bank di SBN terjadi karena bank melakukan aksi profit taking sementara," ujar Basuki. Bank akan memborong SBN kembali jika harganya di pasar sudah jatuh. "Kebanyakan bank melakukan strategi tersebut," kata Basuki.

Namun Ekonom Danareksa Research Institute Purbaya Yudhi Sadewa menduga, bank punya motif lain dalam menjual SBN. Menurut Purbaya, penjualan SBN itu merupakan pertanda tingginya kebutuhan likuiditas perbankan. "Jatuh temponya kan tinggal sebentar, kenapa harus buru-buru dicairkan? Bisa berarti bank memang kekurangan likuiditas," tegas Purbaya.

Apalagi, ketatnya likuiditas perbankan bukan lah cerita baru. Hingga kini, bank masih menggantungkan sumber pendanaan dari dana masyarakat, karena Pasar Uang Antarbank (PUAB) masih tersekat. "Bagi bank, kerugian penjualan SBN mungkin lebih kecil jika dibandingkan dengan biaya bunga meminjam di PUAB," ujar Purbaya.

Budi Susanto, Head of Debt Research Danareksa, sepakat penjualan SBN merupakan gejala likuiditas yang ketat. Namun Budi punya dugaan lain tentang motif bank menjual SBN. Budi memperkirakan, penjualan itu terkait dengan peralihan dana masyarakat dari perbankan ke produk investasi lain, seperti sukuk ritel.

Para nasabah bank, menurut Budi, tergoda membeli sukuk ritel karena harganya murah dan imbal hasilnya tinggi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Owe-some! Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak

[X]
×