Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perlambatan yang terjadi pada laju pertumbuhan kredit UMKM belum ada obatnya. Tak hanya dari sisi permintaan, para bankir tampaknya lebih hati-hati dalam menyalurkan kredit untuk usaha wong cilik ini.
Seperti diketahui, penyaluran kredit ke sektor UMKM memang sedang mengalami lesu darah. Mengacu laporan uang beredar Bank Indonesia (BI) per Agustus 2024, penyaluran kredit di sektor UMKM hanya tumbuh 4,3% secara tahunan (YoY) menjadi Rp 1.379,4 triliun, dan menjadi pertumbuhan terendah sepanjang 2024.
Secara historis, tren pertumbuhan kredit yang menyasar UMKM ini memang menunjukkan tren penurunan sejak Februari 2024. Periode tersebut sekaligus menjadi pertumbuhan kredit UMKM paling tinggi sepanjang 2024 yang mencapai 9,4% YoY.
Direktur Utama Bank BJB Yuddy Renaldi membenarkan bahwa akhir-akhir ini memang untuk pembiayaan UMKM ada perlambatan. Di Bank BJB sendiri, ia pun mengakui bahwa pihaknya harus berhati-hati untuk pembiayaan UMKM.
Baca Juga: Kredit Menganggur Perbankan Kian Menumpuk, Ini Penyebabnya
Bukan tanpa alasan, ia melihat saat ini risiko kredit UMKM sedang menjadi perhatian bagi para bankir. Oleh karenanya, risiko adanya kredit macet dari sektor UMKM pada akhirnya juga menjadi pertimbangan utama.
“Jadi memang, kita harus, lebih sehatnya, dalam pembiayaan, UMKM ini,” ujarnya, Senin (14/10).
Ia pun bilang untuk saat ini, kredit UMKM di Bank BJB setidaknya masih bisa tumbuh sekitar 6% hingga 8%. Meskipun, ia tak menampik secara proporsi kredit UMKM yang dimiliki masih tergolong kecil.
Sementara itu, General Manager Divisi Bisnis Usaha Kecil Bank BNI Sunarna Eka Nugraha bilang, perlambatan kredit UMKM menunjukkan adanya indikasi bahwa beberapa pelaku UMKM mengalami penurunan kebutuhan kredit akibat kondisi ekonomi yang belum sepenuhnya pulih.
“Beberapa ketidakpastian global yang mempengaruhi permintaan produk UMKM,” ujar Sunarna.
Ia bilang BNI sendiri tetap berkomitmen untuk menyalurkan kredit pada UMKM baik melalui KUR, BNI Wirausaha, maupun Kredit Komersial lainnya. Dengan catatan tetap memastikan bahwa penyaluran kredit dilakukan dengan prinsip kehati-hatian, terutama di tengah tantangan ekonomi saat ini.
Baca Juga: Kredit UMKM di Agustus 2024 Tumbuh Paling Rendah Sepanjang 2024, Ini Penjelasan OJK
Sedikit berbeda, Direktur Keuangan Bank Raya Rustati Suri Pertiwi mengatakan, meskipun pertumbuhan kredit UMKM melambat, kondisi akan berbeda untuk masing-masing bank. Sebab, ia melihat pertumbuhan kredit UMKM di Bank Raya tetap melaju kencang.
Menurutnya, hal tersebut tercermin dari tren pertumbuhan positif kredit digital Bank Raya yang berfokus pada segmen UMKM yang tumbuh 81% yoy menjadi Rp 1,46 triliun pada kuartal 2-2024 dengan penyaluran kredit mencapai Rp 8.14 triliun atau tumbuh 60% yoy.
“Kami optimistis bahwa tren pertumbuhan kredit UMKM ini akan terus bertumbuh ke depannya seiring dengan upaya kami mendorong perluasan di segmen Mikro dan Kecil serta Upaya pembaruan fitur,” ujar wanita yang akrab disapa Tiwi ini.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae pun bilang pihaknya sedang menyusun Peraturan OJK (POJK) untuk mengakselerasi pembiayaan bagi sektor UMKM. Di mana, nantinya target kredit UMKM di tiap bank tidak disamaratakan.
Sebagai gambaran, Dian tak akan memaksakan rasio kredit UMKM harus 30% dari total kredit. Ia bilang hal tersebut akan dikembalikan ke masing-masing bank dengan tetap berdiskusi dengan OJK terlebih dahulu.
“Jadi nanti kalau misalnya targetnya dia hanya 10%, terus kita lihat kayaknya terlalu kecil, nanti akan ada negosiasi seperti itu. Sehingga bahkan pendekatannya itu akan lebih bisnis to bisnis,” ujar Dian.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News