kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Perbankan makin matang menjaga rasio NPL di segmen KPR


Selasa, 10 Desember 2019 / 18:47 WIB
Perbankan makin matang menjaga rasio NPL di segmen KPR
ILUSTRASI. Calon nasabah mengisi aplikasi kredit di stand PT. BAnk Tabungan Negara Tbk


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Melihat kondisi ekonomi yang masih bergejolak, industri perbankan semakin berhati-hati dalam menyalurkan kredit. Tidak terkecuali untuk kredit pemilikan rumah (KPR). Beberapa bank pemain KPR mengaku akan tetap ekspansif memberikan kredit perumahan, namun di sisi lain mitigasi risiko menjadi hal fokus utama dalam mendorong pertumbuhan di tahun depan.

PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) misalnya sebagai penguasa pasar KPR menyatakan total non performing loan (NPL) KPR BTN tercatat sebesar 2,1% per awal kuartal IV-2019. 
Direktur Collection, Aset Management Bank BTN Elisabeth Novie mengatakan posisi tersebut masih dalam level yang rendah. Trennya dalam beberapa waktu terakhir terus menurun.

"Karena kami mayoritas di KPR non subsidi, risikonya ada tapi masih relatif rendah," ujarnya saat ditemui di Jakarta, Selasa (10/12). 

Baca Juga: Dari NPL hingga PSAK 71, ini tantangan bisnis bank di tahun depan versi ekonom

Ia juga mengatakan, dominasi KPR BTN saat ini merupakan KPR subsidi dengan ticket size atau harga rumah di bawah Rp 350 juta. Sementara untuk KPR non subsidi, bank bersandi bursa BBTN ini juga tak menyasar ticket size yang terlalu tinggi.

Lewat cara tersebut, Novie optimistis NPL KPR maupun KPR BTN secara keseluruhan akan melandai di tahun 2020. 

Saat ini total NPL BTN ada di level 3,54% per September 2019. BTN menyebut di tahun depan NPL dipastikan ada di bawah 3%. "Kalau tahun ini mungkin masih akan di sekitar 3%," terangnya.

Salah satu persiapan yang dilakukan BTN yakni dengan memupuk pencadangan lebih besar dan diperkirakan rasio pencadangan bisa tembus 130% di akhir 2020. Di penghujung tahun 2019 coverage ratio minimal sebesar 70%. 

"NPL kami mayoritas di konstruksi dan beberapa di KPR non subsidi, kalau KPR subsidi rendah sekali," jelasnya.

Merujuk laporan keuangan kuartal III-2019 lalu NPL properti BTN tercatat sebesar 3,23% naik dari tahun sebelumnya 2,81%. Hal ini utamanya disebabkan peningkatan NPL dari sisi segmen konstruksi dari 6,97% di kuartal III 2018 menjadi 9,43% di kuartal III-2019.

Sementara untuk KPR non subsidi, NPLnya tercatat sebesar 3,78% meningkat dari tahun sebelumnya 3,11%. Sedangkan untuk KPR subsidi relatif stabil di pisisi 1,08%.

Secara terpisah, Direktur Keuangan, Perencanaan dan Tresuri BTN Nixon L.P Napitupulu menyatakan di tahun depan BTN punya beberapa ceruk pasar KPR yang bisa digarap. Menurutnya, ada empat faktor potensial di sektor properti tahun depan. 

Pertama, tumbuhnya kelas emerging affluent, yang diperkirakan mencapai kurang lebih 125 juta orang pada tahun 2020 dan memiliki daya beli yang besar. Mayoritas diprediksi berasal dari generasi milenial.

Baca Juga: Walau ekonomi tak stabil, perbankan optimis NPL kredit korporasi masih terjaga

Kedua, penerapan pelonggaran LTV oleh BI yang berlaku mulai Desember 2019 kemungkinan akan berdampak pada tahun 2020. 
Ketiga adalah akan selesainya proyek-proyek infrastruktur khususnya yang terkait transportasi yang akan meningkatkan permintaan perumahan di kawasan Transit Oriented Development atau TOD.

Sementara faktor yang terakhir adalah insentif perpajakan yang diberikan Kementerian Keuangan terkait pajak pertambahan nilai atau PPN. 

Insentif tersebut adalah peningkatan batasan tidak kena Pajak Pertambahan Nilai (PPN) rumah sederhana sesuai daerahnya, pembebasan PPN atas rumah atau bangunan korban bencana alam, peningkatan batasan hunian mewah yang dikenakan PPh dan PPnBM dari Rp 5 miliar atau Rp 10 miliar menjadi Rp 30 miliar dan penurunan tarif PPh Pasal 22 atas hunian mewah dari tarif 5% menjadi 1% serta simplifikasi prosedur PPh penjualan tanah atau bangunan dari 15 hari menjadi tiga hari.

“Bersaing di ceruk KPR Non subsidi sangat ketat, karena kita bersaing dari sisi cost of fund, untuk itu Bank BTN akan meraih sumber pendanaan jangka panjang sekitar 15 tahun atau lebih sehingga dapat membuat skema KPR yang cicilannya makin terjangkau,” kata Nixon.

Senada dengan BTN, PT Bank CIMB Niaga Tbk juga mengatakan saat ini NPL masih berada dalam batas yang aman. Namun, Direktur Konsumer CIMB Niaga Lani Darmawan menerangkan pihaknya tetap menjadikan prinsip kehati-hatian sebagai hal utama dalam menyalurkan KPR.

Untuk itu, pihaknya akan lebih selektif menyasar segmen dengan tingkat risiko yang lebih rendah. "Portofolio kami masih terjaga bagus, itu sebabnya kami terus berfokus menumbuhkan KPR," katanya kepada Kontan.co.id, Selasa (10/12). 

Baca Juga: Begini strategi BTN dorong penyaluran KPR di tahun 2020

Menurut catatan Lani, sampai kuartal IV-2019 pertumbuhan KPR CIMB Niaga masih dua digit mencapai 13% secara year on year (yoy). Hal tersebut juga diiringi oleh rasio kredit macet yang relatif stabil sejak awal tahun 2019 sebesar 2,5%. Rencananya, CIMB Niaga masih akan tetap menjaga rasio NPL di level tersebut hingga tahun depan.

Di sisi lain, Direktur Keuangan PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (Bank Jatim) Ferdian Timur Satyagraha bilang, dengan melambatnya pertumbuhan sektor properti, hal ini akan berakibat pada meningkatnya risiko kualitas kredit di tahun depan.

Melihat adanya potensi tersebut, pihaknya kini sudah mendorong mitigasi risiko dengan melakukan peningkatan penagihan dan restrukturisasi kredit di sektor properti. "Ekspansi akan tetap kami tingkatkan, terutama untuk FLPP dan untuk komersial lebih selektif," kata Ferdian.

Menurut catatan Bank Jatim, per September 2019 posisi NPL KPR Bank Jatim ada di level 4,23%. Posisi tersebut tidak banyak bergerak, hingga November 2019 rasio NPL KPR Bank Jatim masih tercatat di 4,2%. Meski begitu, dengan setumpuk strategi perbaikan kualitas kredit, bank bersandi saham BJTM ini menargetkan NPL KPR bakal ada di level 3% pada tahun 2020.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×