Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kredit korporasi masih menjadi tumpuan penyaluran kredit bagi sejumlah bank, terutama bank besar. Kendati ekonomi saat ini mulai terombang-ambing, perbankan menyatakan kualitas kredit alias non performing loan (NPL) di segmen kredit korporasi masih terjaga rendah.
PT Bank Mandiri Tbk misalnya, yang mengatakan secara bank only penyaluran kredit sudah mencapai Rp 728,1 triliun atau tumbuh 6,35% secara year on year (yoy) per September 2019.
Baca Juga: Perkuat pendanaan, tiga bank ini siap terbitkan obligasi di tahun 2020
Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri Rohan Hafas menerangkan, dari angka tersebut kredit korporasi menjadi penopang penyaluran kredit terbesar yakni mencapai Rp 301,8 triliun atau tumbuh 5,72% secara yoy di kuartal III 2019.
Angka tersebut setidaknya setara 42,31% dari total penyaluran kredit perusahaan. "Kualitas kredit pada segmen ini juga sangat rendah terjaga di level 0,07%," terang Rohan kepada Kontan.co.id, Kamis (5/12).
Adapun, beberapa sektor ekonomi utama kredit segmen korporasi antara lain pertanian, listrik, gas dan air serta pertambangan. Bank bersandi saham BMRI ini juga menambahkan, secara bankwide (total) ketiga sektor tersebut memiliki NPL yang cukup rendah yaitu masing-masing 0,29%, 0,41% dan 2,05% per 30 September 2019.
Baca Juga: Kredit diramal masih seret, bank daerah memasang target konservatif di tahun depan
Dus, sampai akhir tahun 2019, Bank Mandiri memproyeksikan pertumbuhan kredit segmen korporasi akan berada pada kisaran 4%-5% secara yoy.
Senada, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) juga menyerukan hal serupa. Wakil Direktur Utama BNI Herry Sidharta menjelaskan sampai dengan Kuartal III 2019 lalu kredit korporasi sudah tumbuh 18,1% secara tahunan menjadi sebesar Rp 291,7 triliun.
Adapun, dari jumlah kredit tersebut mayoritas terdistribusi ke segmen korporasi swasta sebesar Rp 181,1 triliun. Sedangkan untuk kredit kepada perusahaan pelat merah alias badan usaha milik negara (BUMN) senilai Rp 110,7 triliun.