Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Sejumlah perbankan mulai mewaspadai terjadinya pemburukan kualitas aset atau non performing loan (NPL) pada kredit pemilikan rumah (KPR) setelah Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) ke level 6,25%.
Sektor ini memang dinilai yang bakal paling cepat terdampak kenaikan suku bunga sehingga potensi kenaikan kredit bermasalah bisa membengkak, terlebih relaksasi restrukturisasi kredit akibat terdampak covid-19 telah berakhir pada Maret 2024 lalu.
Berdasarkan data Bank Indonesia posisi NPL kredit properti per Maret 2024 juga berada di level 2,63%. Posisi tersebut meningkat dari level di periode sama tahun sebelumnya yang sebesar 2,42%.
Baca Juga: Rasio Kredit Macet Fintech P2P Lending Modalku Turun Jadi 3,15%
Executive Vice President (EVP) Consumer Loan BCA Welly Yandoko mengatakan, dengan melihat kenaikan suku bunga acuan pada bulan April 2024 ini, tidak serta merta akan langsung menaikkan suku bunga KPR, tapi tentunya mempertimbangkan dahulu kondisi kompetisi di pasar dan kondisi internal bank seperti tingkat likuiditas, rasio CASA serta tingkat NPL dalam menentukan tingkat suku bunga.
Di sisi lain, kondisi berakhirnya restrukturisasi covid tentu akan mempengaruhi angka NPL, namun pihaknya yakin akan mampu menjaga kualitas kredit dengan baik, dan tetap berada di bawah industri.
"Kami optimis, karena kami secara disiplin melakukan monitoring terhadap kualitas kredit KPR BCA, sehingga dapat menyusun strategi dan melakukan tindakan dengan cepat sesuai dengan strategi tersebut," ujar Welly kepada kontan.co.id, Senin (29/4).
Menurutnya, sejauh ini, pinjaman yang berpotensi NPL disebabkan adanya kondisi usaha debitur yang mengalami penurunan. Oleh karena itu, selain mempertimbangkan jaminan yang bagus dan marketable, faktor penting yang pihaknya utamakan dalam menyalurkan kredit adalah analisa sustainability atas sumber penghasilan calon debitur.
Baca Juga: Pemain Pinjol Janji Jaga Rasio Kredit Macet
Welly menyebut, kendati NPL KPR mengalami kenaikan di kuartal I-2024, namun tetap terjaga di bawah 1,5%.
Dalam mencegah kenaikan NPL, KPR BCA selalu menerapkan prinsip kehati-hatian dalam menyalurkan pembiayaan, dengan melakukan analisa mendalam terhadap calon debitur untuk memastikan kelancaran pembayaran dan mendalami tentang nilai dan area property untuk memastikan jaminan sesuai dengan nilai kredit yang diberikan.
"Selanjutnya kami melakukan monitor secara ketat terhadap kualitas kredit kami, serta tidak menunda untuk mengambil tindakan yang diperlukan bila kredit bermasalah sudah tidak tertolong lagi," tambahnya.
Dengan didukung kebijakan pemerintah seperti program PPN ditanggung pemerintah (PPN DTP) dan relaksasi LTV, pihaknya berharap KPR BCA dapat tumbuh minimal sama dengan tahun 2023, dan tentunya untuk mendukung target kredit BCA secara korporasi sebesar 8%-10%.
Baca Juga: Intip Strategi Modal Rakyat Jaga Rasio Kredit Macet
Sementara Corporate Secretary BTN yang baru, Ramon Armando berharap tidak ada kenaikan NPL KPR, adapun BTN sendiri akan mengkaji untuk tidak melakukan kenaikan suku bunga KPR. Saat ini NPL untuk KPR Subsidi BTN berada di level 1,6% dan KPR Non Subsidi berada di level 2%.