Reporter: Dessy Rosalina, Nina Dwiantika | Editor: Asnil Amri
JAKARTA. Persaingan industri perbankan di Indonesia berlangsung kian ketat. Agar bisa bertahan dan berkembang, perbankan harus mampu memupuk modal guna melakukan ekspansi bisnis seperti pemberian kredit dan memperluas jaringan.
Caranya bermacam-macam misalnya, dengan menambah dana dari pemegang saham, laba di tahan, penurunan dividen, penerbitan surat utang (subdebt) atau pelepasan saham (right issue). Presiden Direktur Bank Central Asia (BCA), Jahja Setiadmadja misalnya, saat ini mulai memperkuat modal dan memupuk keuntungan BCA.
Jika tidak, Jahja khawatir dalam masa lima tahun ke depan, perbankan sulit menyalurkan kredit. "Cara kami memupuk modal dengan mengurangi rasio pembagian dividen kepada pemegang saham. Misalnya, sebelumnya dividen rasio 50% kemudian sekarang range-nya20% - 25%," jelas Jahja.
Bank yang terafiliasi oleh Grup Djarum ini memilih cara membatasi rasio pembagian dividen untuk menjaga rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR). Terakhir, perseroan mencatat CAR sebesar 16% untuk target pertumbuhan 18% - 20% tahun 2013 ini. "Kami tidak ada rencana subdebt tahun ini untuk penambahan modal," tambahnya.
Sementara itu, Direktur Utama Bank Mayapada Haryono Tjahjarijadi bilang, pihaknya menargetkan pertumbuhan kredit tahun ini mencapai 35% dari pencapaian tahun lalu sebanyak Rp 13 triliun. Demi mencapai pertumbuhan itu, Bank Mayapada akan merilis right issue dan sub debt senilai total Rp 1 triliun pada April nanti.
"Setelah right issue dan sub debt, modal inti (tier 2) Mayapada akan naik hingga Rp 4 triliun. Sehingga bisa mempertahankan CAR di level 12%," ujar dia. Haryono mengaku, langkah penerbitan saham baru dan surat utang dilakukan sebagai antisipasi memperkuat modal dalam jangka tiga tahun mendatang.
Sebab, dalam tiga tahun besok Mayapada berniat menggenjot kredit besar-besaran. Haryono menilai, tiga tahun mendatang adalah waktu yang prospektif bagi pertumbuhan kredit nasional lantaran kondisi ekonomi yang diprediksi akan terus tumbuh.
"Sekarang waktu yang tepat untuk memperkuat struktur permodalan untuk bisa memberi kredit lebih besar. Ini juga antisipasi penerapan Basel 3," ujar dia.
Haryono menambahkan, tahun lalu pihaknya tidak memberi dividen agar dapat suntikan modal. "Tahun ini kemungkinan dividen paling banyak 20%. Sebihnya laba ditahan," imbuhnya.
Bank kecil juga tengah sibuk memperkuat modal. Ambil contoh Bank Ina Perdana. Direktur Utama bank Ina Perdana, Eddy Kuntarjo mengatakan, pihaknya menargetkan bisa menarik investor baru untuk menyetor tambahan modal pada bank Ina. "Tahun ini ditargetkan ada investor baru," ujar dia.
Eddy bilang, belakangan ini, sejumlah investor baik asing maupun lokal gencar mendekati bank Ina. Namun, yang jadi penghambat adalah aturan BI soal kepemilikan bank asing di perbankan nasional.
Selain mengharapkan dana segar dari investor baru, bank Ina juga bakal memperketat efisiensi sehingga laba semakin tinggi dan bisa ditahan demi memperkuat modal. Caranya yakni dengan memperkuat program linkage dengan BPR sebagai penyalur kredit.
Eddy juga mematok NIM bank Ina tahun ini bisa tumbuh menjadi 5% dari 4,1% di tahun lalu. "Kami juga mengerem ekspansi supaya CAR tetap stabil," tandas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News