kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.543.000   4.000   0,26%
  • USD/IDR 15.834   -94,00   -0,60%
  • IDX 7.500   8,47   0,11%
  • KOMPAS100 1.161   1,37   0,12%
  • LQ45 919   -1,23   -0,13%
  • ISSI 227   1,12   0,50%
  • IDX30 473   -1,49   -0,31%
  • IDXHIDIV20 571   -1,71   -0,30%
  • IDX80 133   0,12   0,09%
  • IDXV30 141   0,37   0,26%
  • IDXQ30 158   -0,30   -0,19%

Perlu effort besar, bank swasta tak tertarik salurkan kredit mikro


Minggu, 29 Juli 2018 / 19:02 WIB
Perlu effort besar, bank swasta tak tertarik salurkan kredit mikro
ILUSTRASI. Produk busana karya UMKM


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah bank menilai segmen kredit mikro masih memiliki pasar kendati masih kecil.

Pasalnya, berdasarkan data statistik perbankan Indonesia (SPI) yang dirilis oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per Mei 2018 pangsa pasar kredit mikro masih dikuasai oleh bank BUMN. Tercatat, bank plat merah memiliki pangsa pasar 85,87% per Mei 2018 meningkat dari posisi 2017 lalu yang sebesar 85,7%. Meski masih tipis, pasar bank swasta dan asing juga tercatat tumbuh dari 7,85% per Mei 2017 menjadi 8,37%.

Sementara bank pembangunan daerah (BPD) mengalami penyusutan pangsa pasar dari 6,45% per Mei 2017 menjadi 5,76% per Mei 2018.

Kendati demikian, Direktur Keuangan PT Bank Sahabat Sampoerna (BSS) Henky Suryaputra meyakini pihaknya masih dapat berekspansi di sektor kredit UMKM. Dimana mayoritas merupakan kredit mikro. 

Henky beranggapan, peluang yang bisa digarap oleh perseroan masih cukup luas. Apalagi, bank milik taipan ini memang sejak awal fokus untuk menjajal kredit UMKM.

"Saya rasa market masih besar jadi peluangnya sebetulnya masih banyak. Untuk BSS, portofolio kredit kami 80% ke UMKM memang visi misi kami di situ," katanya kepada Kontan.co.id, Minggu (29/7).

Lebih lanjut, BSS menilai saat ini mayoritas kredit UMKM termasuk mikro di sebagian besar perbankan hanya menjadi salah satu divisi. Sementara BSS, seluruh bisnis perseroan merupakan UMKM. 

Terbukti, dari catatan Henky menunjukan kredit mikro perseroan masih tumbuh sebesar 12%.

"Kunci utama agar bisa bersaing di UMKM itu harus fokus. Kalau di BUMN, segmen UMKM hanya menjadi salah satu divisi dan bisnis lainnya banyak. Kalau di BSS, bisnisnya ya hanya UMKM tidak ada yang lain," tambahnya. 

Oleh karena itu, pihaknya masih optimistis kredit segmen ini mampu didorong mencapai 15% secara tahunan pada akhir 2018.

Sementara itu, posisi NPL segmen ini tercatat berada di kisaran 3% dan akan dijaga di level yang sama hingga penghujung tahun. "NPL sekitar 3%, kalau di akhir tahun diharapkan bisa tumbuh 15%. Di segmen UMKM itu, 3% masih dalam batas normal," ungkap Henky.

Bila merujuk pada laporan keuangan bulan Juni 2018, BSS memang berhasil mencatatkan pertumbuhan realisasi kredit sebesar 12,39% dibandingkan bulan yang sama tahun sebelumnya Rp 6,09 menjadi Rp 6,84 triliun.

Meski begitu, tak sedikit bank swasta yang mulai menghindari penyaluran kredit ke segmen mikro. PT Bank Central Asia Tbk (BCA) misalnya yang memang sengaja tak menyalurkan kredit mikro.

Rudy Santoso, Direktur BCA mengatakan untuk dapat bermain di segmen ini pihaknya memang harus memperkuat jaringan, infrastruktur dan pembentukan sistem baru. Oleh karenanya, BCA saat ini hanya fokus untuk menyaluran kredit UMKM dengan ticket size ratusan juta sampai beberapa miliar rupiah. "Kami mikro memang tidak main, kami tidak ada jaringannya. Jadi harus dibedakan antara UMKM dan mikro," jelasnya pekan lalu.

Bahkan, untuk kredit UMKM pun bank swasta terbesar di Indonesia ini mengaku harus berusaha lebih keras, antara lain menambah sumber daya manusia (SDM) serta pembentukan jaringan untuk menarik calon debitur. 

Rudy menilai, target Bank Indonesia (BI) yang meminta bank untuk mendorong porsi UMKM sebesar 20% dari total portofolio kredit nampaknya juga sulit untuk tercapai. Catatan BCA, saat ini kredit UMKM baru sekitar 12% dari total kredit perseroan, dan pertumbuhannya masih relatif di kisaran 15%.

"Kalau untuk target 20% itu susah tercapai. Karena kredit infrastruktur dan koporasi itu cepat sekali, satu kali booking bisa Rp 3 triliun-Rp 5 triliun. Butuh berapa besar pertumbuhan kredit UMKM untuk mengimbangi itu? mungkin butuh 30% sampai 40% kenaikannya," jelasnya.

Selain BCA, PT Bank Danamon Indonesia Tbk juga mulai menghindari kredit mikro. Hal ini terlihat dari realisasi kredit mikro Bank Danamon sepanjang paruh pertama yang turun sebesar 47% menjadi Rp 4,54 triliun dari periode tahun lalu Rp 8,55 triliun. Secara total kredit, segmen kredit mikro ini hanya menyumbang 3% dari outstanding perseroan.

Direktur Keuangan Bank Danamon Satinder Ahluwalia mengatakan portofolio segmen kredit ini memang diturunkan lantaran perseroan tengah fokus menyasar segmen lain seperti UKM dan konsumer.

"Portofolio mikro masih turun terus. Tahun depan portofolio mikro akan lebih kecil tiap kuartalnya, ke depan kami memang fokus untuk konsumer dan UKM," ujarnya. Bila merujuk pada presentasi perusahaan, segmen kredit mikro Bank Danamon juga menurun cukup tajam dalam tiga bulan terakhir mencapai 20%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×