kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.105.000   12.000   0,57%
  • USD/IDR 16.445   10,00   0,06%
  • IDX 7.958   20,58   0,26%
  • KOMPAS100 1.114   3,04   0,27%
  • LQ45 807   -1,86   -0,23%
  • ISSI 274   1,94   0,72%
  • IDX30 419   -0,43   -0,10%
  • IDXHIDIV20 486   -0,13   -0,03%
  • IDX80 122   -0,29   -0,24%
  • IDXV30 132   -0,91   -0,68%
  • IDXQ30 136   0,08   0,06%

Persaingan DPK Makin Ketat, Deposito Berpotensi Kalah Pamor


Selasa, 16 September 2025 / 18:18 WIB
Persaingan DPK Makin Ketat, Deposito Berpotensi Kalah Pamor
ILUSTRASI. Instrumen investasi seperti emas dan surat utang tengah digandrungi masyarakat, simpanan deposito di sejumlah perbankan mengalami kelesuan.


Reporter: Vatrischa Putri Nur | Editor: Tri Sulistiowati

KONTAN.CO.ID – JAKARTA Di tengah masyarakat yang mulai banyak menggandrungi instrumen investasi seperti emas dan surat utang, kondisi simpanan deposito di sejumlah perbankan mengalami kelesuan.

Merujuk data analisis uang beredar (BI), per Juli dana pihak ketiga (DPK) industri mencapai Rp 8.971,8 triliun atau tumbuh 6,7% secara tahunan (YoY). Pertumbuhan ini salah satunya disokong oleh simpanan berjangka atau deposito yang tumbuh 4,7% dengan total nilai Rp 3.269,3 triliun.

Kendati begitu, penurunan simpanan deposito terjadi di beberapa bank, salah satunya pada PT Bank CIMB Niaga Tbk. Dalam laporan keuangan per Juli 2025, deposito dibukukan sebesar Rp 79,1 triliun. Ini menurun 9,3% dari himpunan deposito Juli tahun lalu yang sebesar Rp 87,1 triliun.

Presiden Direktur CIMB Niaga Lani Darmawan mengatakan sentimen dari penurunan deposito ini salah satunya ialah persaingan DPK yang kian ketat karena likuiditas yang juga mengetat.

Baca Juga: RUU P2SK Dikritik, Ekonom Sebut Berpotensi Seret BI Kembali ke Pola Orde Baru

“Persaingan DPK memang sangat ketat bahkan sampai Agustus, karena likuiditas juga ketat. Terlihat dari LDR (Loan To Deposit Ratio) yang relatif cukup tinggi,” kata Lani kepada Kontan, Senin (15/9/2025).

Lani pun berharap, menjelang akhir tahun ini kondisi likuiditas perbankan bisa makin longgar, apalagi mengingat ada penyaluran dana sebesar Rp 200 triliun yang akan dikucurkan oleh Kementerian Keuangan kepada bank-bank Himbara. Dia pun berharap DPK Bank bisa terus tumbuh di akhir kuartal-III meskipun masih relative kecil.

“Kami berharap menjelang kuartal-IV ini bisa tidak terlalu ketat dengan jatuh temponya bonds dan juga apabila ada likuiditas tambahan seperti yang disampaikan oleh Kemenkeu yang baru, walaupun hanya ke himbara. Bunga DPK kami berharap bisa turun sehingga CoF bisa turun juga,” terangnya.

Selain itu, PT Bank Raya Indonesia Tbk mencatatkan stagnasi pada himpunan depositonya. Per Juli 2025, deposito dicatat Rp 5,9 triliun. Ada pun, pada Juli tahun 2024 lalu, Bank Raya menghimpun deposito sebesar Rp 6,0 triliun.

Direktur Keuangan Bank Raya Rustarti Suri Pertiwi menyampaikan bahwa deposito masih merupakan salah satu produk simpanan dan investasi yang menarik ditawarkan kepada masyarakat, meskipun ada banyak ragam pilihan investasi lain.

“Terkait dengan nominal besaran simpanan deposito, Bank Raya masih melihat bahwa posisi simpanan tersebut masih relatif terjaga dan sejalan dengan strategi Bank Raya untuk terus meningkatkan ekspansi produk CASA yaitu Tabungan dan Giro,” kata Rustarti.

Saat ini yang menjadi fokus Bank Raya adalah terus menjaga kondisi likuiditas dengan baik. Namun demikian, Bank Raya menyadari bahwa ragam produk investasi maupun inovasi dari kompetitor menjadi tantangan bagi Bank untuk pertumbuhan DPK. Untuk itu Bank Raya terus berinovasi sehingga produk yang ditawarkan tetap relevan dengan kebutuhan nasabah.

Meskipun demikian, masih ada sejumlah bank yang mencatatkan pertumbuhan pada himpunan deposito mereka. Sebut saja PT Bank Tabungan Negara Tbk atau BTN. Dalam laporan keuangan, per Juli 2025 deposito BTN sejumlah Rp 201,2 triliun atau meningkat 6,6% YoY dari Rp 188,7 per Juli 2024.

Direktur Network & Retail Funding BTN Rully Setiawan menyampaikan bahwa di tengah persaingan DPK yang semakin ketat di industri perbankan, BTN melihatnya sebagai tantangan sekaligus peluang.

“Di tengah tren masyarakat yang mulai melirik instrumen lain seperti emas maupun surat utang, fakta bahwa deposito BTN justru terus meningkat menjadi bukti bahwa produk kami masih relevan dan dipercaya,” ujar Rully.

Rully menyampaikan bahwa ke depan, BTN bakal terus mendorong peningkatan dana pihak ketiga, khususnya dari segmen ritel termasuk deposito ritel, karena ini dinilai sangat penting dalam menjaga likuiditas sekaligus menurunkan biaya dana (cost of fund).

Senior Vice President Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan menilai makin populernya instrumen investasi lain di tengah masyarakat dapat berdampak pada penurunan jumlah deposito perbankan.

Apalagi, ditambah BI yang telah memangkas BI-Rate menjadi 5,00% dan masih berpotensi melakukan pemangkasan suku bunga acuan lagi ke depannya, menambah daya tarik deposito makin memudar.

“Proyeksi ke depan bila tren bunga masih turun maka deposito akan berpotensi turun,” kata Trioksa.

Baca Juga: Kinerja BPR Melambat di Kuartal II-2025, OJK Beberkan Penyebabnya

Selanjutnya: BI Diprediksi Tahan Suku Bunga Acuan, Rupiah Diproyeksi Menguat Rabu (17/9)

Menarik Dibaca: Lewat Mandarin Job Fair, Jobstreet Beri Akses ke Pencari Kerja Mahir Bahasa Mandarin

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Business Contract Drafting GenAI Use Cases and Technology Investment | Real-World Applications in Healthcare, FMCG, Retail, and Finance

[X]
×