kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Persaingan likuiditas, bank besar yang kuat akan banyak diuntungkan


Senin, 19 November 2018 / 06:20 WIB
Persaingan likuiditas, bank besar yang kuat akan banyak diuntungkan
ILUSTRASI. Uang Rupiah


Reporter: Galvan Yudistira | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saat ini, tingkat persaingan memperebutkan likuiditas di sektor perbankan sangat tinggi. Menurut Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo, kondisi ini akan membuat perbankan, terutama bank-bank kecil melakukan konsolidasi atau merger secara alami.

Di sisi lain, lanjut Kartika, bank besar dengan skala cabang, EDC, ATM dan digital banking yang kuat akan banyak diuntungkan karena bisa menghimpun dana murah dengan murah dan mudah.

“Bank selain itu seperti bank kecil akan susah untuk mengumpulkan dana pihak ketiga (DPK),” kata Kartika dalam acara outlook 2019 yang diselenggarakan Ikatan Alumni Universitas Indonesia (Iluni), Jumat (16/11).

Dalam beberapa tahun ke depan, menurut Kartika, proses merger dan akusisi diperkirakan akan semakin banyak. Ini juga seiring masuknya modal dari investor asing.

Ia mencontohkan Sumitomo Mitsui yang akan masuk ke Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN) dan melakukan merger dengan PT Bank Sumitomo Mitsui Indonesia (SMBCI). Selain itu, MUFG juga akan masuk ke Bank Danamon dan melakukan merger dengan Bank BNP Parahyangan dan Mitsubishi UFJ Financial Group Inc (MUFG).

Bahkan, menurut Kartika, dalam waktu dekat Bank of China akan melakukan akuisisi terhadap bank menengah. Konsolidasi ini bertujuan untuk memperkuat permodalan.

Secara industri, dalam dua tahun terakhir, pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) tidak berkorelasi terhadap pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK). Sehingga meskipun PDB trennya naik, namun DPK malah sebaliknya trennya melambat.

Menurut Kartika, ini menjadi pertanyaan beberapa ahli ekonomi. Beberapa hipotesis terkait ini adalah karena efek setelah program pengampunan pajak atau tax amnesty.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×