Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Laju pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) diperkirakan masih akan terus melambat hingga akhir tahun. Paling tidak, Bank Indonesia memproyeksi DPK akan tumbuh di kisaran 7%-9% di tahun 2019 dan 8%-10% pada tahun 2020 mendatang secara year on year (yoy).
Sebelumnya, BI sempat memprediksi DPK perbankan mampu tumbuh hingga di kisaran 10%. Selain itu, arah pertumbuhan DPK tahun ini masih lebih rendah dibandingkan kredit perbankan yang diyakini mampu tumbuh dalam kisaran 10%-12% pada 2019 dan 11%-13% pada tahun 2020 mendatang.
Baca Juga: Patrick Waluyo dan Jerry Ng datang, Bank Artos akan jadi bank digital
Sejumlah bank pun mengamini hal tersebut, menurut bankir sampai saat ini likuiditas diakui masih ketat. PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (Bank Jatim) mengatakan secara industri tren bunga dana terus menurun dan di saat yang bersamaan obligasi dan surat berharga memiliki imbal hasil yang lebih menarik.
"Sehingga nasabah ritel memilih investasi ke sana," ujar Direktur Keuangan Bank Jatim Ferdian Timur Satyagraha kepada Kontan.co.id, Jumat (23/8).
Selain itu, pihaknya juga mengatakan tahun ini pertumbuhan DPK perseroan hanya akan di kisaran 12% secara yoy. Lebih rendah dibandingkan pencapaian pada akhir Juni 2019 lalu yang sempat tumbuh hingga 17% yoy.
Alasannya, lantaran persaingan dana mahal masih sengit, Bank Jatim kini memang tengah melakukan rekomposisi DPK dengan fokus menggenjot dana murah terutama tabungan. "Kami harap DPK minimal sama dan di atas 12%. Fokus rasio CASA (dana murah) di atas 70% tahun ini," lanjutnya.
Catatan saja, per Juni 2019 total rasio CASA Bank Jatim mencapai 69,62% sedikit menurun dari tahun sebelumnya 70,47%. Jika dirinci, dana tabungan tumbuh cukup deras sebesar 15,75% menjadi Rp 17,62 triliun. Meski begitu, pertumbuhan deposito masih cukup dominan dengan kenaikan sebesar 20,38% yoy.
Baca Juga: Pemerintah belum berencana menurunkan suku bunga KUR tahun depan
Selain Bank Jatim, PT Bank BRI Agroniaga Tbk juga menyerukan hal serupa. Direktur Utama BRI Agro Agus Noorsanto berpendapat Bank Indonesia memang sudah kembali menurunkan suku bunga acuan sebanyak 25 basis poin (bps) menjadi 5,5% hal tersebut praktis akan menurunkan tensi perebutan dana dan cost of fund (CoF) di kalangan perbankan.