kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45924,65   -6,71   -0.72%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pertumbuhan DPK valas perbankan melambat di kuartal II 2019


Senin, 08 Juli 2019 / 18:32 WIB
Pertumbuhan DPK valas perbankan melambat di kuartal II 2019


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) valuta asing (valas) perbankan mengalami perlambatan di kuartal II 2019. Data Bank Indonesia (BI) menunjukkan per Mei 2019 total DPK valas hanya tumbuh 3,7% secara year on year (yoy) menjadi Rp 727,1 triliun. Jumlah tersebut melambat dari bulan sebelumnya yang naik 7,9% yoy atau turun 4,89% secara month on month (mom).

Sejumlah bankir yang dihubungi Kontan.co.id pun mengamini kalau penghimpunan dana masyarakat dalam bentuk valas kian lesu. Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Santoso Liem menyebut per akhir Juni 2019 lalu total DPK valas praktis stagnan secara yoy di posisi Rp 47,6 triliun.

Padahal, jika merujuk laporan keuangan perseroan di bulan Mei 2019, total DPK BCA sudah tumbuh 9,31% secara yoy menjadi Rp 659,89 triliun. Menurut Santoso, perlambatan DPK valas disebabkan oleh kinerja ekspor impor untuk individu yang tidak banyak bergerak. "Karena pembelian valas tentunya perlu memiliki underlying transaction," terangnya, Senin (8/7).

Menurut pandangan Santoso, tipisnya kenaikan valas disebabkan bisnis ekspor impor nasabah perseroan di awal tahun 2019 masih lesu. Salah satunya disebabkan iklim ekonomi secara global yang masih belum stabil.

Namun, ada potensi dana valas bisa bergerak tumbuh. Salah satunya melalui insentif fiskal Devisa Hasil Ekspor (DHE) dari kegiatan pengusahaan, pengelolaan dan pengelolaan sumber daya alam (SDA) yang diluncurkan oleh BI.

Singkatnya, para pelaku usaha akan lebih betah menitipkan dananya di sistem keuangan nasional. Artinya, ada potensi pemasukan dana valas yang bisa ditampung oleh bank devisa dalam negeri.

Pada dasarnya, menurut Santoso ada dua tipe nasabah pemegang rekening valas. Pertama, perusahaan yang berbasis ekspor impor dan untuk individu (mayoritas tabungan). Untuk perusahaan ekspor impor, tentunya insentif DHE bakal bermanfaat.

Namun, pada praktiknya dana tersebut hanya bersifat sementara lantaran kerap ditarik untuk keperluan impor. "Dan mungkin tidak semua barang hasil jadi untuk ekspor. Kan bisa juga ofset dengan bahan baku yang diimpor," terangnya.

Dengan kata lain, potensi masuknya dana valas ke perbankan lewat aturan ini tidak terlalu jumbo. Santoso pun berpendapat, untuk saat ini dana valas diramal masih akan rendah. Bank swasta terbesar ini juga hanya mematok target flat untuk DPK valas di tahun ini.

Guna menjaring potensi dana valas yang masuk dari insentif DHE, BCA menyebut tidak punya produk khusus di samping menawarkan layanan terbaik dan edukasi nilai tambah dari kebijakan tersebut.

Sementara itu, Direktur Konsumer PT Bank CIMB Niaga Tbk Lani Darmawan juga sepakat kalau DPK valas tengah lesu. Namun, pihaknya tidak terlalu khawatir lantaran mayoritas kebutuhan pembiayaan CIMB Niaga menggunakan mata uang Rupiah. "Melambat dan relatif tidak tumbuh," katanya.

CIMB Niaga juga tak memasang target untuk DPK valas, menurut perseroan DPK valas hanya disesuaikan dengan kebutuhan ekspansi dan pelengkap layanan perseroan saja.

Setali tiga uang, Direktur Utama PT Bank BRI Agroniaga Tbk Agus Noorsanto mencatat pertumbuhan DPK valas stagnan dan diramal stabil hingga akhir tahun.

Wajar, total porsi valas terhadap total DPK perseroan masih rendah di kisaran 7%-8% saja. "Kami memang belum terlalu fokus ke valas, proyeksi kami masih sama hingga akhir tahun," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×