Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Bank Indonesia (BI) mencatat hingga saat ini ada 20 penerbit uang elektronik yang terdaftar. Adapun dari 20 perusahaan penerbit tersebut, mayoritas diisi oleh industri perbankan dan telekomunikasi. Kendati demikian, hingga saat ini terlihat hanya segelintir uang elektronik saja yang ramai beredar dan dipakai di pasaran.
Direktur Retail Banking PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Susanto Liem menyebut salah satu faktor bisnis uang elektronik cenderung lambat bagi bank kecil antara lain adalah pricing yang ditetapkan oleh regulator secara komersial akan berat untuk menutupi investasi dan operasional bank penerbit sebagai provider.
"Uang elektronik, bukan bisnis utama bagi suatu provider, karena secara komersial pricing yang ditetapkan akan berat menutupi dana investasi dan operasional," ujar Susanto kepada KONTAN, Minggu (22/1).
Selain itu, Susanto juga mengatakan jumlah penghimpunan dana yang didapat dari masing-masing uang elektronik yang diterbitkan masih terbilang rendah. "Sementara di sisi lain, untuk membuat sukses uang elektronik diperlukan investasi infrastruktur yang luas, ditambah dengan promosi yang memperberat investasi bagi provider," ujarnya.
Asal tahu saja, Bank Sentral telah memutuskan untuk menaikkan saldo maksimum uang elektronik teregistrasi menjadi Rp 10 juta dari semula Rp 5 juta pada tahun lalu. Meski begitu, untuk uang elektronik tidak teregistrasi jumlah saldo maksimum masih sebesar Rp 1 juta.
Susanto juga menambahkan, bagi bank kecil atau pemain baru di bisnis uang elektronik sudah dipastikan akan sedikit lambat pertumbuhannya. "Bagi bank besar (BUKU IV) ang elektronik bisa tumbuh karena kebetulan infrastrukturnya sudah mumpuni," pukas Susanto.
Adapun strategi BCA untuk meningkatkan transaksi atau penggunaan uang elektronik (Flazz) menurut Susanto adalah lebih menyasar untuk transaksi kecil dengan begitu kecenderungan jumlah transaksi Flazz akan meningkat dan biaya investasi (ticket size) makin kecil.
Sementara, sebelumnya bank swasta terbesar di Indonesia ini menargetkan transaksi Flazz bisa mengalami kenaikan sekitar 20% hingga 30%. Adapun saat ini rata-rata transaksi kartu Flazz mencapai sekitar 10 juta transaksi per bulan dengan jumlah volume transaksi tiap bulan mencapai Rp 50 miliar.
Sebagai informasi tambahan, jumlah uang elektronik beredar per bulan November 2016 sebanyak 49,41 juta. Jumlah ini meningkat 6,05% jika dibandingkan bulan sebelumnya sebanyak 46,58 juta.
Adapun volume transaksi uang elektronik per November 2016 tercatat sebanyak 66,31 juta atau naik 8,19% dibanding bulan Oktober 2016 sebanyak 61,29 juta.
Sementara total transaksi uang elektronik tercatat sebesar Rp 831,97 miliar pada November tahun lalu, jumlah tersebut naik pesat dibandingkan bulan sebelumnya sebesar Rp 584,31 miliar atau tumbuh 42,38%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News