kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Perusahaan multifinance belum berencana untuk dapatkan pembiayaan dari bank jangkar


Senin, 22 Juni 2020 / 21:13 WIB
Perusahaan multifinance belum berencana untuk dapatkan pembiayaan dari bank jangkar
ILUSTRASI. Costumer Service Mandiri Tunas Finance (MTF) melayani nasabah di MTF Costumer Executive Lounge, Jakarta, Senin (13/4).


Reporter: Annisa Fadila | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pandemi yang belum tertuntaskan membuat sejumlah usaha ikut terimbas. Oleh sebabnya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bersama Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menyepakati Surat Keputusan Bersama (SKB) untuk penempatan dana di bank sekaligus pemberian subsidi bunga.

Untuk diketahui, keputusan itu merupakan kelanjutan pasca dikeluarkannya Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 23 tahun 2020 mengenai pelaksanaan Program Pemulihan Ekonomi Nasional dalam rangka penanganan pandemi covid-19.

Baca Juga: Dibayangi tren penurunan suku bunga, reksadana pasar uang tetap menarik

Nantinya melalui SKB tersebut, Kemenkeu akan menempatkan dana di perbankan yang melakukan restrukturisasi. Tak hanya itu, pemerintah juga memberikan subsidi bunga kepada Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang memenuhi kriteria. Hal ini bertujuan untuk menjaga likuiditas salah satunya kepada multifinance.

Namun, tak semua industri multifinance yang sepakat untuk mendapatkan pendanaan dari bank jangkar. PT Mandiri Tunas Finance (MTF) misalnya, yang saat ini belum berencana untuk mendapatkan pendanaan dari bank jangkar.

Direktur Keuangan MTF Armendra menyebutkan, sampai saat ini pihaknya masih mendapatkan pendanaan andalan melalui Join Financing dengan induk perusahaan (Bank Mandiri). Tak hanya itu, ia bilang pihaknya juga fokus untuk mempertahankan likuiditas. Hal itu dilakukan melalui penghematan interal serta perbaikan bisnis.

“MTF mendukung kebijakan pemerintah untuk memberikan bantuan likuiditas melalui bank jangkar, yakni dengan memberikan subsidi bunga. Namun, saat ini MTF belum berencana untuk mendapatkan pendanaan dari bank jangkar, sebab kami masih mendapatkan pendanaan dari induk usaha,” ujar Armendra kepada Kontan.co.id (22/6).

Baca Juga: Transaksi debit online dan fitur bayar & beli Digibank tumbuh 75% selama PSBB

Lanjut ia, adapun porsi pendanaan Join Financing dengan Bank Mandiri ialah sebanyak 55% - 65%, sehingga pihaknya menilai pendanaan tersebut akan optimal dan mampu menjaga likuiditas perusahaan. Oleh karenanya, Armenda bilang pihaknya akan menggunakan pendanaan dari induk usaha secara optimal.

“Sampai akhir tahun, kami akan menjaga likuiditas dengan cara mengoptimalkan collection nasabah eksisting dan pengeluaran biaya yang terkendali,” ujarnya.

Hal senada juga dilakukan oleh PT CIMB Niaga Finance (CNAF). Presiden Direktur CNAF Ristiawan Suherman mengatakan, hingga saat ini pihaknya masih mencoba untuk menjalankan operasional dari induk usaha.

Pasalnya, anak usaha CIMB Niaga ini menggunakan fasilitas pendanaan eksekuting dari bank-bak lokal maupun swasta di Indonesia, serta Join Financing dengan induk usaha. Ristiawan bilang, Join Financing dengan induk usaha mencapai 35%, serta sebanyak 7 bank lokal dan swasta telah bekerjasma dengan perusahaan untuk produk pendanaan eksekuting.

Baca Juga: IHSG tertekan, dana kelolaan wealth management Commonwealth masih tumbuh 10%

“Saat ini kami masih mencoba untuk menjalankan operasional dengan mengajukan bantuan dari induk usaha. Sebab, sampai saat ini kita masih belum tahu produk apa saja yang akan ditawarkan Bank Jangkar. Namun perlu ditegaskan, efisiensi business process secara menyeluruh berbasis digitalisasi dan automasi merupakan langkah yang diambil oleh CNAF untuk menekan biaya operasional, dimana dampaknya terhadap ketahanan posisi likuiditas perusahaan yang saat ini kondisinya masih sehat,” ujar Ristiawan.

Ia menyebutkan, kerjasama dengan bank lokal maupun swasta sampai saat ini dinilai masih memberikan dampak positif untuk menjalankan kegiatan operasional perusahaan.

Asal tahu saja Ristiawan mengatakan, adapun upaya yang dilakukan untuk menjaga likuiditas diantaranya meningkatkan porsi Join Financing untuk mendapatkan cost of fund yang lebih baik. Tak hanya itu, dari sisi operasional perusahaan melakukan efisiensi di berbagai lini melalui digitalisasi dan automasi.

“Kemudian yang paling penting, dari sisi pencairan kita lakukan lebih selektif untuk mendapatkan nasabah yang benar-benar baik dari sisi kualitas,” tambahnya.

Baca Juga: Pilah-pilih saham bank, mana yang paling menarik?

Sementara Direktur Utama PT BCA Finance Roni Haslim menjelaskan, pihaknya belum berencana untuk mendapatkan dana dari skema yang di tetapkan oleh OJK bersama Kemenkeu. Roni bilang, hal itu dikarenakan sampai akhir tahun likuiditas perusahaan masih terkendali.

Disamping itu, ia mengatakan PT Bank Central Asia (BBCA) selaku induk usaha telah berkomitmen untuk mendukung pihaknya dalam memberikan pendanaan. Perlu diketahui, ia bilang porsi pendanaan Join Financing dengan Bank BCA mencapai 95%.

“Saat ini kami memproyeksi sampai akhir tahun likuiditas perusahaan masih cukup terkendali. Hal itu ditopang oleh angsuran yang masuk. Kemudian, Bank BCA sebagai partner kami untuk pendanaan Join Financing telah menyetujui skema restrukturisasi yang kami jalankan. Oleh karenanya induk usaha telah berkomitmen untuk mendukung kami,” terangnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×