Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Yudho Winarto
Terkait bunga atau imbalan antara perbankan, obligasi, dan MTN, Suwandi mengaku relatif. Namun memang pendanaan dari perbankan lebih cepat dan mudah ketimbang menerbitkan surat utang.
PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) mengakui hingga saat ini minat perusahaan pembiayaan untuk menerbitkan MTN masih kecil. Direktur Utama Pefindo Salyadi Saputra menyebut bagi perusahaan yang sudah biasa menerbitkan obligasi akan memilih mencari pendanaan lewat obligasi daripada MTN.
"Untuk yang belum bisa obligasi mungkin sementara mencari pendanaan ke perbankan terlebih dahulu. Hal ini karena, calon investor di pasar obligasi lebih banyak, sedangkan MTN terbatas," jelas Salyadi kepada Kontan.co.id pada Selasa (7/5).
Oleh sebab itu, Salyadi juga memproyeksi dalam waktu dekat, belum ada peningkatan minat perusahaan multifinance mencari dana lewat instrumen MTN.
PT Adira Dinamika Multifinance atau dikenal dengan Adira Finance misalnya tidak melirik instrumen MTN sebagai instrumen pendanaan tahun ini. Padahal Adira Finance menargetkan pembiayaan tumbuh 5% hingga 10% secara tahunan.
Presiden Direktur Adira Finance Hafid Hadeli menyebut telah mendapatkan fasilitas pinjaman sindikasi sebesar US$ 350 juta di Singapura pada awal April lalu. Adira Finance melakukan diversifikasi sumber pendanaannya melalui pinjaman sindikasi dalam mata uang asing.
"Pendanaan perusahaan multifinance memang terbatas, obligasi, pinjaman sindikasi, perbankan. Kita induk perusahaan kita Bank Danamon jadi ada komitmen memberikan pinjaman. Obligasi kita tahun ini juga ada," ujar Hafid kepada Kontan.co.id beberapa waktu lalu.
Lanjut Hafid pertumbuhan 5% hingga 10% ini setara dengan kebutuhan dana Rp 3 triliun hingga Rp 4 triliun. Hafid bilang 45% dari pendanaan ini akan diperoleh dari joint finance dengan Bank Danamon, 25% dari obligasi, sisanya antara sindikasi dan bank lokal.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News