Reporter: Ferrika Sari | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah multifinance tetap selektif menyalurkan kredit walau bulan Ramadan dan lebaran menjadi momentum mendulang rezeki. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi risiko kredit macet (NPF) sesuai lebaran.
BCA Finance, misalnya, tetap menjaga kualitas penyaluran kredit dengan mengecek data debitur melalui sistem layanan informasi keuangan (SLIK). Ini merupakan catatan informasi terkait riwayat debitur bank dan lembaga keuangan lain mengenai kelancaran pembayaran kredit.
"Untuk menjaga NPF, kami tetap menjaga akuisisinya atau pengajuan kredit yang masuk," kata Direktur Utama BCA Finance Roni Haslim, Minggu (11/4).
Hingga saat ini, tren NPF BCA Finance mulai membaik pasca restrukturisasi kredit. Hingga Maret 2021, perusahaan yang khusus menyediakan pembiayaan mobil ini berhasil menjaga NPF di angka sekitar 3%.
Baca Juga: Ada Peluang Bisnis Bagi Batubara Indonesia di Tengah Kisruh China dan Australia
Tak berbeda jauh, Indomobil Finance juga melakukan pengecekan riwayat debitur sebelum mengucurkan kredit. Bahkan, perusahaan melakukan survei secara langsung untuk mengetahui bagaimana keadaan peminjam.
"Kita melakukan survei ke tempat usaha, tempat tinggal dan riwayat calon debitur. Kemudian menganalisa bagaimana kemampuan mereka membayar angsuran," terang Vice Chairman of Executive Board Indomobil Finance Gunawan Effendi.
Gunawan menyebut, kualitas kredit perusahaan masih terjaga walaupun ia tidak mengungkapkan berapa besar nilainya. Selain menjaga kualitas kredit, perusahaan juga melakukan efisiensi dan pemasaran digital untuk mengembangkan bisnis tahun ini.
Jika mengacu data OJK, tren NPF industri multifinance menunjukkan perbaikan karena sempat melonjak pada tahun lalu. Hingga Februari 2021, NPF berada di level 3,93% atau turun dari realisasi 2020 sebesar 4,01%.
Sayangnya, penyaluran pembiayaan industri masih melandai pada dua bulan pertama 2021. Tercatat, pembiayaan multifinance turun 19,74% menjadi Rp 362,97 triliun pada Februari 2021. Padahal angka penyaluran Februari tahun sebelumnya masih sebesar Rp 452,25 triliun.
Walau turun, Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) memperkirakan bisnis pembiayaan akan membaik seiring meningkatnya penjualan kendaraan. Hal ini turut meningkatkan penyaluran pembiayaan industri multifinance ke debitur.
Baca Juga: Demi Digitalisasi Pembiayaan, Multifinance Menyiapkan Investasi Miliaran Rupiah
"Di tahun 2021, piutang pembiayaan dapat tumbuh 5% karena kami sudah turun cukup besar pada tahun 2020," kata Ketua APPI Suwandi Wiratno.
Potensi kenaikan pembiayaan juga didorong oleh dua faktor. Pertama, rencana kebijakan relaksasi dari OJK akan mendorong bisnis pembiayaan. Lalu pemanfaatan teknologi seperti slik, rapindo dan biro kredit akan memperbaiki kualitas kredit.
"Perbaikan kualitas pembiayaan pasti akan menjadi lebih baik. Kemudian bank juga lebih percaya (memberikan pinjaman ke multifinance)," terangnya.
Namun ada dua tantangan yang mesti dihadapi industri tahun depan. Diantaranya, masalah pendanaan dari bank karena mereka lebih selektif menyalurkan pinjaman seiring perpanjangan masa restrukturisasi kredit. Kemudian perpanjangan restrukturisasi yang berpotensi menaikkan rasio NPF karena kemampuan membayar debitur turun.
Guna mempertahankan itu, ia menyarankan industri mengadopsi layanan sesuai kebiasaan baru (new normal) di masa pandemi baik dari aspek bisnis dan operasional. Lalu investasi ke platform digital, melakukan efisiensi dan menggenjot produktivitas, merekrut orang kompeten untuk meningkat produktivitas serta mengembangkan inovasi baru.
Selanjutnya: Adira Finance siapkan promo saat Ramadan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News