Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penyaluran kredit di sektor manufaktur dinilai masih cukup prospektif tahun ini. Hal ini sejalan dengan upaya pemerintah mendorong industri ini tumbuh di atas 5% untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2019 sebesar 5,3%.
Oleh karena itu, sejumlah perbankan menargetkan penyaluran kredit manufaktur tahun ini bisa lebih baik dari tahun sebelumnya. Salah satunya adalah PT Bank Central Asia Tbk (BBCA). Bank swasta ketegori BUKU IV ini mengharapkan permintaan kredit di sektor manufaktur tetap berlanjut. Hanya saja, BCA tidak menyebutkan secara spesifik nilai target tahun ini.
Sementara sepanjang 2018, Bank BCA menyalurkan kredit pada sektor manufaktur sekitar Rp 125 triliun, meningkat sekitar 20% secara tahunan (year on year/ yoy). Sektor ini menyumbang lebih dari 2% terhadap total penyaluran kredit Bank BCA.
"Pertumbuhan ini didukung sektor industri pengolahan kelapa sawit, hasil kayu dan kehutanan, bahan bangunan dan besi konstruksi, serta tekstil." kata Santoso Lim, Direktur Bank BCA kepada Kontan.co.id, akhir pekan lalu.
Adapun rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) industri manufaktur terjaga pada level yang baik sebesar 0,3%. Santoso menuturkan pihaknya akan tetap menjaga kualitas kreditnya agar tetap berada pada level yang sehat, dengan menerapkan prinsip kehati-hatian dalam penyaluran kredit, memantau kondisi bisnis dan ekonomi serta faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas kredit.
Optimisme yang sama juga dirasakan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI). Bank pelat merah ini melihat prospek penyaluran kredit sektor manufaktur tahun ini masih bagus dan menargetkan kredit manufaktur tumbuh sama dengan pertumbuhan tahun lalu.
"Tahun lalu manufaktur kami tumbuh cukup bagus dan menopang kredit investasi serta kredit modal kerja. Pertumbuhan kredit manufaktur tahun ini kami harapkan sama seperti tahun lalu." Kata Putrama Wahju Setyawan, Direktur Corporate Banking Bank BNI kepada Kontan.co.id, Selasa (29/1).
Tahun lalu, Bank BNI berhasil mencatatkan penyaluran kredit ke sektor manufaktur sebesar Rp 98,03 triliun atau tumbuh 32,0% secara tahunan (yoy) dibandingkan 2017 yang mencapai Rp 82,74 triliun. Kredit manufaktur menyumbang porsi 19,1% terhadap total penyaluran kredit BNI tahun lalu yang tercatat sebesar Rp 512,78 triliun atau tumbuh 16,2% dari tahun 2017 yang tercatat Rp 441,31 triliun.
Setali tiga uang, PT Bank China Construction Bank Indonesia Tbk (CCB Indonesia) melihat prospek penyaluran kredit di sektor industri manufaktur tahun masih cukup bagus. Tahun ini, bank BUKU II ini menargetkan penyaluran kredit sektor tersebut bisa menyumbang 27% terhadap total pembiayaan mereka.
Setiawati Samahita, Direktur CCB Indonesia mengatakan, target tersebut tumbuh dari realisasi tahun 2018 yang hanya menyumbang 17% terhadap total penyaluran kredit perseroan. "Realisasi pembiayaan CCBI Indonesia di sektor manufaktur pada 2018 sebesar Rp 1,9 triliun atau 17% dari total pembiayaan bank CCBI Indonesia. Dimana yang tertinggi adalah pembiayaan di industri pengolahan bahan konstruksi," kata Setiawati.
Menurut Setiawati, pihaknya melihat prospek penyaluran kredit manufaktur akan bagus lantaran proyeksi industri manufaktur dalam rancangan APBN 2019 akan tumbuh 5,1% tahun ini. Sementara dalam tiga tahun terakhir, rata-rata pertumbuhannya hanya 4,3%, tetapi pembiayaan perbankan nasional untuk sektor manufaktur tahun 2018 tumbuh 22% yoy.
Dalam catatan CCB Indonesia, industri manufaktur yang paling prospektif tahun ini adalah industri otomotif, produk elektronik, dan industri pengolahan bahan konstruksi seiring dengan perkembangan sektor konstruksi yang cukup pesat.
CCB Indonesia menargetkan total penyaluran kredit Rp 12,8 triliun tahun ini atau tumbuh 13,2% dari perkiraan realisasi tahun lalu sebesar Rp 11,3 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News